Jakarta (ANTARA) - Pakar arsitektur urban sekaligus Pendiri dan Presiden Kehormatan Fundacion Metropoli Alfonso Vegara mengatakan kesuksesan kota ditentukan oleh trilogi perkotaan (urban trilogy) yang terdiri dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
"Saya pikir agar sebuah kota bisa sukses, (kota) harus menghadapi sesuatu yang kita sebut trilogi perkotaan, yakni ekonomi, sosial, dan lingkungan," ujarnya dalam konferensi pers Kementerian Luar Negeri dan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) terkait kegiatan Bridge for Cities Workshop dengan tema "Cities of Tomorrow: Collaborative Strategies for New Cities" di Jakarta, Senin.
Menurut dia, pembangunan kota tidak hanya ditentukan oleh investasi guna meningkatkan daya saing ekonomi tanpa memperhatikan aspek sosial dan lingkungan. Begitu pula, apabila pembangunan kota hanya menekankan hubungan dengan alam, karena berpotensi mengurangi lapangan kerja. Saat ini, lanjutnya, keseimbangan antara ketiga aspek tersebut sudah terlihat di berbagai wilayah, terutama terkait isu sosial yang semakin penting diperhatikan.
"Saya ingat beberapa dekade lalu, yang ditekankan adalah ekonomi, daya saing, kemudian lingkungan. Sekarang, yang lebih ditekankan adalah integrasi sosial. Jika memiliki integrasi sosial, mungkin bisa menghadapi isu keamanan dan kriminalitas dengan lebih baik," ucap Alfonso.
Dalam kesempatan tersebut, dia juga menyampaikan bahwa berbagai tantangan yang berkaitan dengan perkotaan seperti masalah migrasi dapat ditangani pada skala kota.
Misalnya, persoalan migrasi yang meningkatkan kebutuhan pembukaan lapangan kerja lebih luas dan pendidikan untuk anak merupakan dua dari pelbagai masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek trilogi perkotaan. Penyelesaian problem semacam itu dinilai menyangkut dengan kebijakan pemangku kepentingan di tingkat kota.
Begitu pula dengan pemanfaatan teknologi yang perlu diterapkan sesuai karakter setiap kota. Artinya, upaya membangun kota pintar (smart city) tidak hanya memberikan solusi teknologi yang sama untuk setiap kota, tetapi juga mempertimbangkan budaya dan kebutuhan masyarakat.
"Jadi, yang kita butuhkan adalah setiap kota harus mendefinisikan proyek kota dengan kepemimpinan, partisipasi, memahami kekhasan, memahami situasi untuk menghasilkan proyek kota. Ketika memiliki proyek kota, anda dapat mengidentifikasi bagaimana teknologi dapat membantu mencapai proyek kota tertentu ini secara sangat spesifik, sembari menggabungkan tujuan masyarakat, ambisi masyarakat, dengan kapasitas kontribusi teknologi terhadap kota," kata dia.
Baca juga: Kemenhub tawarkan KA perkotaan ke investor
Baca juga: Pemkot Bima meminta bantuan Kemenhub bangun transportasi perkotaan
Berdasarkan konteks tersebut, Alfonso menilai upaya pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi kesempatan untuk membangun contoh kota masa depan yang lebih manusiawi, seimbang, ramah lingkungan, dan memiliki teknologi canggih.
"Ini akan menjadi akselerator transformasi dan modernisasi negara," ungkap dia.