Kemenperin latih pengrajin Mataram desain perhiasan

id Kemenperin,Perhiasan Mutiara,Kota Mataram

Kemenperin latih pengrajin Mataram desain perhiasan

.

Kami ingin mendorong pengrajin perhiasan di Kota Mataram, lebih kreatif mengembangkan desain agar produk-produknya mampu menjadi tuan di rumah sendiri

Mataram (Antaranews NTB) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan pelatihan kepada para pengrajin perhiasan di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, agar mereka lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan desain produknya.

"Kami ingin mendorong pengrajin perhiasan di Kota Mataram, lebih kreatif mengembangkan desain agar produk-produknya mampu menjadi tuan di rumah sendiri," kata Direktur Industri Kecil dan Menengah Kimia, Sandang Aneka dan Kerajinan, Kemenperin E Ratna Utarianingrum, di sela pelatihan di Mataram, Rabu.

Ia mengatakan bimbingan teknis yang dilaksanakan pada 25-29 Juli 2018 tersebut diikuti oleh sebanyak 20 orang pengrajin perhiasan dari Kota Mataram.

Bimbingan teknis tersebut difokuskan pada pengenalan bahan baku perhiasan, kewirausahaan dan motivasi serta teknis desain perhiasan, termasuk pemasangan zircon. Semua materi diberikan oleh para pakar di bidangnya.

Menurut Ratna, Kota Mataram merupakan salah satu daerah penghasil perhiasan mutiara di Indonesia. Produk-produk dari Ibu Kota Provinsi NTB itu memiliki kualitas yang sangat baik, apalagi bila dikembangkan dengan teknologi yang tepat.

"Pengembangan desain produk perhiasan juga menjadi bagian yang penting agar produk-produk perhiasan di Mataram dapat berdaya saing baik di pasar dalam negeri maupun internasional," ujarnya.

Industri perhiasan, lanjut Ratna, merupakan salah satu industri yang diprioritaskan pengembangannya karena didukung oleh ketersediaan bahan baku dan dapat memberikan kontribusi terhadap peyerapan tenaga kerja.

Apalagi, kata dia, industri perhiasan ini adalah industri padat karya yang melibatkan banyak orang. Ketika industri tersebut hidup, secara otomatis banyak orang yang akan hidup.

Oleh sebab itu, industri mutiara di NTB, khusus Kota Mataram, harus terus didorong untuk menggerakkan ekonomi kerakyatan.

"Untuk mengembangkan industri mutiara dibutuhkan tangan-tangan yang terampil untuk menghasilkan desain sesuai dengan selera konsumen kekinian," ucapnya pula.

Ratna menyebutkan secara nasional kontribusi industri mutiar terhadap perekonomian nasional relatif besar, meskipun kecenderungannya menurun.

Berdasarkan catatan Pusat Data Industri Kemenperin pada 2017, nilai ekspor perhiasan sebesar 2,7 miliar dolar Amerika Serikat. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelunya sebesar 4,18 miliar dolar AS.

Untuk itu, ia berharap nilai ekspor perhiasan pada 2018 bisa lebih baik. Pasalnya, negara-negara tujuan ekspor masih didominasi oleh Swiss, Singapura, Hongkong, Uni Emirat Arab, dan Afrika Selatan.

"Tetapi perlu diingat, potensi pasarnya tidak hanya luar negeri. Di Indonesia ada 260 juta penduduk, itu adalah pangsa pasar yang cukup besar yang harus digarap," kata Ratna sambil menegaskan produk perhiasan dan mutiara harus memiliki desain yang khas dan spesifik agar digemari konsumen.(*)