Mataram (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, tetap mempertahankan data riil kasus stunting sebanyak 7,9 persen atau sekitar 1.900 balita stunting, karena merupakan data riil dari elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
"Untuk kasus stunting, kami lebih memilih menggunakan data itu karena data riil yang dapat kami pertanggungjawabkan by name by address," Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mataram dr H Emirald Isfihan di Mataram, Kamis.
Pernyataan itu disampaikan, menyikapi data kasus stunting di Kota Mataram berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tercatat 8,6 persen.
Baca juga: Dinkes Mataram siap kerja ekstra turunkan stunting di bawah 5 persen pada 2024
Menurut Emirald, hasil survei tersebut tidak perlu diperdebatkan karena kalau survei dilakukan pada waktu-waktu tertentu dengan menggunakan versi berbeda sehingga tidak tahu keberadaan secara riil.
Sementara data yang digunakan Dinkes Kota Mataram dalam penetapan angka stunting adalah data riil yang dilakukan melalui e-PPGBM secara rutin pada setiap kegiatan posyandu di 325 lingkungan se-Kota Mataram.
Dengan demikian, data yang dihasilkan e-PPGBM dari posyandu langsung input dan menjadi data riil setiap bulan.
"Karena itulah, untuk angka stunting kami tetap gunakan data dari e-PPGBM karena bisa dipertanggungjawabkan dan bisa tunjukkan by name by address," katanya.
Baca juga: Dinkes Mataram buka rekening donasi intervensi stunting
Namun demikian, tambahnya, dengan adanya perbedaan itu pihaknya berharap tidak menjadi perdebatan panjang karena masing-masing memiliki versi berbeda.
Hal yang terpenting dilakukan, sambungnya, bagaimana program-program upaya percepatan kasus stunting di Kota Mataram bisa terus turun. Apalagi, akhir tahun 2024, kasus stunting di Mataram ditargetkan berada di bawah 5 persen.
"Target penurunan stunting di bawah 5 persen pada akhir tahun ini, mengharuskan kami kerja ekstra agar target itu bisa tercapai," katanya.
Baca juga: Satu kelurahan di Mataram bebas kasus stunting
Baca juga: Kasus stunting di Mataram turun jadi 7,9 persen