Transaksi saham di NTB tetap tumbuh dalam suasana gempa

id Gempa Lombok,BEI Mataram,Saham

Transaksi saham di NTB tetap tumbuh dalam suasana gempa

Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Mataram, I Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana. (Foto Antaranews NTB/ist)

Kondisi pasar modal saat ini menurun menyebabkan nilai investasi saham juga cenderung melemah
Mataram (Antaranews NTB) - Kepala Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Mataram, I Gusti Bagus Ngurah Putra Sandiana menyatakan, transaksi pembelian saham tetap tumbuh meskipun warga Nusa Tenggara Barat masih dalam suasana kejadian gempa bumi.

"Posisi jumlah investor saham per Juli sebanyak 3.141 investor. Ada tambahan sebanyak 85 investor hingga akhir Agustus," katanya di Mataram, Rabu.

Ia juga menyebutkan jumlah investor saham dari NTB tercatat sebanyak 3.226 investor hingga Agustus 2018. Angka tersebut bertambah dibandingkan posisi akhir Desember tahun sebelumnya sebanyak 2.042 orang.

Total jumlah investor saham yang tercatat di BEI Perwakilan Mataram tersebut belum termasuk produk lainnya.

Menurut Sandiana, tumbuhnya jumlah investor di NTB, membuktikan bahwa gempa bumi berkekuatan di atas 6-7 Skala Richter yang terjadi sejak 29 Juli-Agustus tidak begitu mempengaruhi minat masyarakat berinvestasi saham.

"Secara umum tidak ada pengaruh pascagempa. Beda dengan industri jasa keuangan lainnya karena ada kewajiban debitur. Justru kalau di pasar modal investor punya aset dalam bentuk saham," ujarnya.

Hal yang mempengaruhi transaksi saham, kata dia, adalah kondisi perekonomian global yang disertai pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Saat ini, para investor saham terutama yang sudah lama tercatat di BEI, cenderung memilih sikap menunggu sampai situasi perekonomian dunia stabil sehingga mendongkrak nilai jual saham.

"Kondisi pasar modal saat ini menurun menyebabkan nilai investasi saham juga cenderung melemah," katanya.

Meskipun demikian, Sandiana mengatakan pihaknya terus menyosialisasikan gerakan ayo menabung saham kepada masyarakat NTB.

Salah satu yang potensial untuk diedukasi adalah para tenaga kerja Indonesia agar hasil kerjanya di luar negeri tidak habis untuk konsumtif. (*)