Isu kualitas udara diharapkan prioritas calon kepala daerah

id BICARA UDARA,POLUSI,PILKADA 2024,KEPALA DAERAH,KUALITAS UDARA

Isu kualitas udara diharapkan prioritas calon kepala daerah

Suasana acara Biru TalksĀ diĀ The Sustainability Xperience (TSX) 2024, di Jakarta, Sabtu (5/10/2024), menyerukan pentingnya perbaikan kualitas udara. ANTARA/HO-Bicara Udara

Jakarta (ANTARA) - Yayasan Udara Anak Bangsa atau dikenal dengan Bicara Udara mengharapkan isu kualitas udara menjadi prioritas bagi para calon kepala daerah di momen pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Co-Founder Bicara Udara Ratna Kartadjoemena mengatakan Bicara Udara tengah sibuk untuk meminta bertemu dengan calon gubernur untuk membawa isu kualitas udara menjadi prioritas.

Bicara Udara merupakan sebuah organisasi non-profit yang berfokus pada edukasi dan advokasi peningkatan kualitas udara di Indonesia.

"Saat pemilu, kami bertemu calon presiden untuk memastikan mereka mendengar suara rakyat. Kini, menjelang pilgub, kami juga akan sibuk bertemu calon gubernur agar isu ini menjadi prioritas," ujar Ratna dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Kekhawatiran soal kualitas udara tersebut juga menjadi landasan utama dalam acara Biru Talks di The Sustainability Xperience (TSX) 2024 di Jakarta, Sabtu (5/10), dengan ibu-ibu dari Bicara Udara menyerukan pentingnya perbaikan kualitas udara dalam di momen Pilkada 2024.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga momentum dalam advokasi agar isu tersebut tetap menjadi perhatian pemerintah. Dia mengingatkan masyarakat untuk tidak hanya menjadi netizen pasif, tetapi juga proaktif dalam menyuarakan keinginan mereka kepada pemimpin yang memiliki kekuasaan untuk bertindak.

"Jadi, memang kita sebagai masyarakat itu dituntut untuk selalu aktif. Kita juga harus aktif mendesak dan juga memberikan opini apapun keinginan kita kepada orang-orang yang memiliki kompetensinya sehingga kita didengar," katanya lagi.

Sedangkan, Co-Founder Bicara Udara Novita Natalia menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat perlu ditingkatkan melalui strategi yang inovatif, termasuk viralitas di media sosial.

Menurutnya, viralitas isu merupakan langkah awal untuk memastikan bahwa kebijakan yang mendukung perbaikan kualitas udara dapat segera diterapkan. Masyarakat diminta berperan aktif untuk menyuarakan tuntutan tersebut secara lebih efektif.

"Ketika kita bicara polusi udara, kita juga bicara soal kebijakan publik. Untuk itu, masyarakat perlu sadar bahwa saat ini, jika isu tidak viral, seringkali tidak mendapat perhatian dari pemerintah," ujarnya pula.

Pada kesempatan yang sama, Co-Founder Bicara Udara yang lain, Amalia Ayuningtyas menyampaikan masalah polusi udara memerlukan pendekatan sistemik yang komprehensif. Ia mengusulkan kebijakan seperti Clean Air Act yang menyeluruh agar bisa mengatasi berbagai sumber polusi.\

Baca juga: Kualitas udara Jakarta 10 besar terburuk di dunia
Baca juga: Hari Selasa, kualitas udara Jakarta tak sehat


"Masalah ini sangat sistemik, tidak bisa hanya diatasi dengan satu tindakan. Kita semua, baik pemerintah, perusahaan maupun masyarakat harus bergotong-royong untuk mencapai solusi yang komprehensif," katanya lagi.

Bicara Udara menekankan bahwa udara bersih adalah hak mendasar yang kini terancam oleh kualitas udara yang semakin memburuk. Bicara Udara mencontohkan Jakarta, sebagai salah satu kota dengan tingkat polusi udara terburuk di dunia. Jakarta menghadapi tantangan serius yang mempengaruhi kesehatan warganya, terutama kaum ibu yang khawatir akan dampak jangka panjang bagi keluarga dan anak-anak mereka.

Untuk itu sebagai warga, kita memiliki hak untuk menghirup udara bersih dan kita harus terus menyuarakan pentingnya kebijakan yang mendukung hal tersebut.