Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan ekonomi biru atau kelautan seperti perikanan tangkap dan ekowisata memiliki potensi besar yang bisa dikembangkan.
"Kita juga mau melihat ekonomi biru. Kalau kita lihat sebenarnya ada banyak sekali ekonomi-ekonomi marine yang bisa dikembangkan. Kita kemarin ke Gresik, kita berbicara kepada nelayan dan sebagainya, ternyata potensinya sangat besar sekali untuk di sektor perikanan tangkap," ujar Nailul Huda dalam diskusi daring di Jakarta, Senin.
Perikanan tangkap bisa menghasilkan dampak beruntun kepada masyarakat pesisir, namun tentunya sektor ini harus didorong dengan cara pengelolaan yang inklusif, berkelanjutan, dan sebagainya.
"Karena kalau kita lihat di Laut Jawa saja itu potensinya ikannya cukup besar. Mereka cukup besar untuk bisa menghidupi nelayan dan sebagainya. Dan juga belum lagi kita mengarah kepada perikanan tangkap yang ada di Papua, di Sulawesi, dan sebagainya yang mana itu sangat tinggi sekali untuk habitat ikan asli Indonesia," kata Nailul Huda.
Selain itu, ikan-ikan di wilayah perairan Indonesia memiliki kandungan gizi yang lebih baik. Dengan demikian, sektor perikanan tangkap membutuhkan dukungan investasi.
"Yang kedua itu kita menilai dari sisi ekowisatanya. Ekowisata ini memiliki potensi hingga 759 miliar dolar AS yang bisa dikelola oleh masyarakat sekitar pesisir. Ekowisata ini sangat besar sekali dan saya rasa belum banyak dimanfaatkan," ujar Nailul Huda.
Selain itu, penting juga untuk mendorong adanya hilirisasi produk kelautan serta perikanan seperti rumput laut, ikan, dan sebagainya.
Sebagai informasi, Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Firman Hidayat menyampaikan Indonesia membidik potensi sumber daya laut yang belum tergarap optimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari sektor maritim.
Baca juga: Pengamat: Eskalasi konflik Timur Tengah tak berdampak ke RI
Firman mengatakan bahwa kontribusi sektor maritim terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional saat ini 7,9 persen. Indonesia menargetkan dapat meningkatkan kontribusi ini menjadi 15 persen pada 2045.
Pertumbuhan sektor kemaritiman dalam lima tahun terakhir juga tak signifikan, hanya sekitar 2 persen, padahal pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di kisaran 5 persen selama dua dekade terakhir.
Baca juga: Pengamat Unej : Ketiga cawapres sepakat kuatkan ekonomi kerakyatan
Firman mengatakan salah satu fokus utama pemerintah untuk memanfaatkan potensi laut Indonesia adalah mendorong hilirisasi komoditas maritim.
Ia menyebut Indonesia memiliki potensi besar dalam budi daya rumput laut, tetapi baru memanfaatkan sebagian kecil dari area yang ada. Padahal, rumput laut memiliki nilai tambah yang tinggi, seperti untuk produksi bioplastik dan bahan bakar nabati.
Berita Terkait
Investasi bisa jadi solusi mengurangi pengangguran
Kamis, 7 November 2024 5:38
Pengamat: IKN langkah besar dalam sejarah Indonesia
Minggu, 3 November 2024 23:27
Pengamat: TGB keluar dari Perindo perkuat dukungan ke Cagub NTB Zulkieflimansyah
Jumat, 1 November 2024 19:18
Pengamat: Krisis penegakan hukum pasca-temuan uang Rp1 Triliun di kediaman mantan pejabat MA
Minggu, 27 Oktober 2024 20:23
Pengamat: Pemerintahan Prabowo-Gibran hadapi pengelolaan defisit amggaran
Jumat, 25 Oktober 2024 20:52
Pengamat: Meritokrasi Paslon NTB Iqbal-Dinda hanya ideal sebagai konsep
Kamis, 24 Oktober 2024 22:03
Pengamat menilai Kemenko Polkam konsolidasikan pertahanan nasional
Kamis, 24 Oktober 2024 4:51
Pengamat: Kabinet Prabowo-Gibran miliki kompetensi keahlian mumpuni
Rabu, 23 Oktober 2024 17:11