Jakarta (ANTARA) - Dekan pendiri Sekolah Kebijakan Publik Lee Kuan Yew Kishore Mahbubani menyoroti 3M, yaitu multiperadaban, multipolar dan multilateral di dalam tatanan dunia yang baru.
"Dunia baru sedang lahir di depan mata kita. Dan saya menggambarkan dunia baru itu sebagai dunia 3M yang baru," kata Mahbubani dalam Sesi Panel Konferensi Kebijakan Luar Negeri Indonesia (CIFP) yang digelar oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta, Sabtu (30/11).
Mahbubani mengatakan bahwa tatanan dunia saat ini menjadi dunia yang multiperadaban karena ada lebih banyak peradaban yang bangkit kembali setelah berabad-abad sunyi dan tidak aktif.
Dia memberikan contoh peristiwa seperti perang yang terjadi di Jalur Gaza, Palestina. Mahbubani menilai komunitas internasional semakin khawatir dengan situasi yang terjadi di Gaza karena opini dunia, menurut dia, saat ini lebih terfokus pada peristiwa tersebut.
Kemudian, Mahbubani juga menilai bahwa dunia saat ini menjadi multipolar karena semakin banyak kekuatan yang memainkan peran di panggung dunia.
"Jika Anda perhatikan, misalnya, apa yang telah dilakukan Rusia, jelas bahwa ini juga merupakan hasil dari dunia multipolar," katanya.
Sementara itu, pada saat yang sama, dunia ini juga menjadi multilateral karena semua masalah global yang mendesak, termasuk masalah iklim, hanya dapat diselesaikan oleh organisasi multilateral global.
Mahbubani juga menambahkan bahwa dunia saat ini menjadi tampak sangat membingungkan karena ada banyak tantangan jangka pendek yang harus dihadapi.
Baca juga: Kemendikdasmen gelar FGD bahas pembelajaran coding-AI
Namun, pada saat yang sama, masyarakat internasional juga menghadapi tantangan struktural jangka panjang dalam tatanan dunia saat ini, kata Mahbubani, tanpa merinci tantangan-tantangan yang dimaksud.
Baca juga: Mulai 2025, Guru PPPK bisa mengajar di sekolah swasta
Sementara itu, CIFP sendiri merupakan festival diplomasi tahunan yang diselenggarakan oleh FPCI sejak 2015.
Konferensi tersebut menjadi wadah pertemuan bagi para pemangku kepentingan kebijakan luar negeri dari seluruh Indonesia dan dunia, yang pada tahun ini dihadiri oleh lebih dari 11 ribu peserta.