Ini Kejadian heboh yang terjadi di perusahaan medsos sepanjang 2018

id Media sosial,Facebook,Google+,Twitter,Tik tok

Ini Kejadian heboh yang terjadi di perusahaan medsos sepanjang 2018

.

Jakarta (ANTARA News) - Beberapa kejadian menimpa perusahaan media sosial (medsos) sepanjang 2018 dan sempat heboh serta menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat dunia.

Salah satu yang terheboh adalah penyalahgunaan data pengguna Facebook oleh perusahaan analisis data Cambridge Analytica. Kejadian lain yang menghebohkan adalah saat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir TikTok.

Lebih lengkap, berikut rangkuman lima kejadian heboh yang menimpa perusahaan media sosial selama tahun 2018.

1. Facebook
Pada pertengahan Maret 2018, dunia dikejutkan dengan laporan yang menyebutkan bahwa perusahaan penganalisis data Cambridge Analytica telah memanen jutaan profil pengguna Facebook yang menjadi pemilih Amerika Serikat pada Pemilu 2016.

Beberapa hari setelah kabar itu mencuat CEO Facebook Mark Zuckerberg mengakui bahwa Facebook membuat kesalahan dalam menangani data milik 87 juta penggunanya.

Sejumlah negara, seperti Jerman, Israel dan Kanada menyelidiki Facebook terkait pelanggaran penyalahgunaan data rakasasa jejaring sosial tersebut, tak terkecuali Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Pada saat itu, Kominfo segera menyurati Facebook, dan bahkan tidak lama setelah itu memanggil perwakilan Facebook Indonesia setelah melihat indikasi kebocoran satu juta data pengguna dari Indonesia dalam kasus Cambridge Analytica.

Pada pertengahan April, Zuckerberg memberikan kesaksian di depan Kongres Amerika Serikat. Cambrige Analytica kemudian dilaporkan gulung tikar pada awal Mei.

Pada bulan Juli, Kominfo menyatakan Facebook sudah melaporkan penyelidikan awal kasus kebocoran data ini, tidak ada akun dari Indonesia yang bocor terkait kasus Cambridge Analytica ini, namun Kominfo memperpanjang batas aduan data konsumen yang bocor oleh pihak ketiga pada jejaring sosial Facebook hingga akhir Agustus

Pada awal September Kominfo menyatakan tidak  tidak ada aduan dari masyarakat terkait kebocoran data pribadi yang dilakukan oleh pihak ketiga pada jejaring sosial Facebook.

Pada akhir pekan lalu, tepatnya pertengahan Desember, Facebook kembali ramai diberitakan setelah jejaring sosial tersebut membenarkan bahwa foto 6,8 juta pengguna mereka bocor akibat terkena bug.

Biasanya, aplikasi ketiga yang diizinkan untuk mengakses foto hanya dapat melihat konten yang dibagikan pengguna di lini masa mereka. Tapi, bug ini membuat pengembang bisa melihat foto pengguna di tempat lain, misalnya Stories atau Marketplace.

Foto ini juga bisa mengakses foto-foto pengguna yang diunggah ke Facebook, tapi, tidak jadi dipublikasikan. Facebook biasanya menyimpan foto yang tidak jadi dipublikasikan itu selama tiga hari.

Facebook memberi notifikasi pada pengguna yang terkena bug ini melalui fitur Help Center.

Baca juga: Foto jutaan pengguna Facebook bocor

2. Tik Tok
Pada awal Juli, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memblokir pijakan live streaming Tik Tok karena kontennya yang dinilai negatif terutama bagi anak-anak.

Hal ini sontak membuat Tik Tok masuk dalam topok yang paling dibicarakan warganet pada saat itu. Banyak yang setuju dengan keputusan tersebut, namun ada segelintir yang mempertanyakan mengapa aplikasi untuk hiburan tersebut ditutup.

Perlu diketahui, nama Bowo Alpenliebe juga sempat dibicarakan di dunia maya sebelumnya. Pasalnya, Bowo, yang disebut sebagai "artis Tik Tok", mengadakan jumpa penggemar (meet and greet) berbayar untuk berfoto bersama dirinya.
 
Sehari setelah diblokir, Kominfo kemudian bertemu dengan perwakilan Tik Tok di gedung Kominfo. Kominfo meminta Tik Tok untuk membersihkan konten negatif dan melalukan penyaringan konten. Tik Tok berkomitmen untuk segera membersihkan konten negatif.

Sepekan kemudian, Kominfo membuka blokir Tik Tok. Tik Tok selanjutnya berkolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Wanita dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KPPPA RI) dalam merilis kampanye online.

Pada awal Agustus, Tik Tok bergabung dengan aplikasi video durasi pendek musical.ly.

Perpaduan platform memungkinkan pengguna untuk terlibat dengan jaringan yang diperluas ketersediaannya di app store di seluruh America Utara, America Latin, Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia, dengan tambahan di area di mana TikTok dan musical.ly sudah tersedia.

Baca juga: Begini strategi TikTok agar tak dianggap "alay"

3. Tumblr
Pada awal Maret, situs jejaring sosial dan platform mikroblog Tumblr diblokir Kominfo. Tim Aduan Konten Kominfo mendapat laporan dari masyarakat terkait konten asusila di situs tersebut, mereka menemukan lebih dari 360 akun yang mengunggah muatan asusila di Tumblr.

Sebelum memblokir, Kominfo sudah memberikan peringatan melalui surat elektronik kepada Tumblr agar mereka membersikan konten asusila di platform tersebut, dengan batas waktu maksimal penanganan 2x24 jam. Namun, Peringatan itu tidak beroleh balasan hingga batas waktu yang sudah ditentukan.

Pada akhir November, App Store menghapus Tumblr karena konten porno. Tumblr membenarkan masalah konten pornografi anak-anak menjadi sumber masalah hingga aplikasi mereka dihapus dari pasar aplikasi untuk perangkat iOS dari Apple, App Store.

Sejak dihapus, Tumblr melalui blog menyampaikan perkembangan dari ke hari bahwa mereka sedang berusaha mengembalikan aplikasi masuk kembali ke App Store. Sementara itu, Tumblr masih tersedia untuk pengguna Android di Google Play Store.

Pada pertengahan Desember, aplikasi kembali masuk ke App Store. Awal bulan ini Tumblr mengumumkan akan mengubah kebijakan mereka, efektif berlaku mulai 17 Desember. Mereka berjanji akan menghapus konten yang mengandung pornografi dalam bentuk visual, namun, mungkin masih ada dalam bentuk tulisan.

Sementara itu, hingga saat ini situs Tumblr masih belum bisa dibuka di Tanah Air sejak Kementerian Komunikasi dan Informatika memblokirnya pada Maret lalu karena masalah konten pornografi.

Menkominfo Rudiantara pada (5/12) lalu menyatakan bisa saja membuka blokir asalkan Tumblr mau memenuhi peraturan yang berlaku di Indonesia.

Jika mereka berkomitmen untuk memperbaiki platform dan konten mereka, serta dapat menunjukkan sistem kerja mereka di Indonesia, kementerian bisa mencabut blokir.

Baca juga: Tumblr kembali ke iOS, janji hapus konten dewasa

4. Twitter
Twitter Inc. telah membekukan lebih dari 70 juta akun palsu pada Mei dan Juni 2018 untuk membersihkan bots and trolls di platform.

Twitter memastikan perubahan ini hanya akan berdampak pada jumlah pengikut, yang merupakan salah satu ukuran yang sering dikaitkan dengan kredibilitas sebuah akun.

Hal ini membuat para selebriti kehilangan sekitar 2 persen pengikutnya, menurut data dari perusahaan analisis media sosial Keyhole.

Katy Perry, yang memiliki jumlah pengikut paling banyak di Twitter, kehilangan 2,6 persen pengikut dibandingkan sehari sebelumnya, atau lebih dari 2,8 juta pengikut.

Pembesar di bidang teknologi, Elon Musk, sedikit lebih beruntung dibandingkan  Katy Perry, dia hanya kehilangan 0,3 persen pengikut, atau sekitar 71.000 akun akibat kebijakan ini.

Pada awal Desember, dalam temu media Country Industry Head Twitter Indonesia & Malaysia Dwi Ardiansah mengatakan pembekuan akun tersebut dilakukan sebagai komitmen Twitter untuk menjadi platform sehat.

Selama 2018, Dwi juga mengungkapkan bahwa Twitter mengalami pertumbuhan pengguna secara signifikan di beberapa negara di dunia, termasuk Indonesia.

Baca juga: Tangguhkan 70 juta akun, Twitter komitmen jadi platform sehat

5. Google+
Pada Oktober, jejaring sosial yang dioperasikan oleh Google, Google+ atau Google Plus mengungkap telah menemukan bug pada Maret.

Saat itu Google memutuskan untuk menutup jejaring sosial itu bagi pengguna pada Agustus 2019. Google juga membantah pengembang aplikasi sengaja memiliki akses kepada bug, dan menyatakan telah mulai memberitahu pengguna yang terkena dampak.

Pada pertengahan Desember, Google Plus kembali mengalami kebocoran data lagi akibat celah keamanan alias bug.

Kali ini yang menjadi korbannya 52,5 juta pengguna. Bug ini membuat informasi profil pengguna menjadi terbuka seperti nama, alamat email, pekerjaan dan umur. Hal itu terjadi meski akun pengguna diatur untuk pribadi.

Atas kejadian tersebut, Google memutuskan untuk menutup Google Plus empat bulan lebih awal menjadi April 2019. Selain itu, akses ke application programming interface atau API akan ditutup pada 90 hari ke depan.

Baca juga: Google bantah akan luncurkan mesin pencari di China

(*)