Jakarta (ANTARA) - Pendiri dan Direktur Yayasan Ketahanan Perempuan dan Anak Margaretha Hanita menekankan pentingnya literasi digital pada anak.
"Bagaimana menanamkan literasi digital kepada anak sejak mereka mengenal teknologi digital," kata Margaretha Hanita dalam media talk bertajuk "Perempuan Menyapa, Perempuan Berdaya Menuju Indonesia Emas 2045" di Jakarta, Selasa.
Pihaknya mencontohkan negara Estonia yang telah lebih dulu menerapkan literasi digital pada anak-anak di negaranya.
"Mereka (anak-anak di Estonia) sudah diajari literasi digital sejak TK, SD, termasuk diajari mengenali berita bohong, disinformasi. Sehingga anak-anak tidak mudah terprovokasi, tidak mudah dihasut. Mudah-mudahan Indonesia bisa seperti itu," kata Margaretha Hanita.
Baca juga: KDEI Taipei fasilitasi pelatihan literasi digital pekerja migran
Sementara Plt Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Rini Handayani menyoroti pentingnya peran orang tua sebagai panutan bagi anak.
"Anak-anak itu butuh role model. Ibunya melarang anak untuk menggunakan media sosial, tapi ibunya melakukan itu (menggunakan media sosial)," kata Rini Handayani.
Baca juga: Antara NTB ajak mahasiswa tingkatkan literasi digital
Selain itu, diperlukan pendampingan dan pembatasan waktu bagi anak dalam menggunakan media sosial.
"Pendampingan dan pembatasan waktu anak menggunakan media sosial," kata dia.
Menurut Rini Handayani, perkembangan teknologi adalah laksana pisau bermata dua karena memiliki sisi positif dan negatif pada tumbuh kembang anak. Kemen-PPPA juga mendorong Kementerian Komunikasi dan Digital agar senantiasa menghapus konten-konten yang tidak senonoh di media sosial.