Dompu (ANTARA) - Sebanyak 100 hektare lahan pertanian persawahan yang telah ditanami padi di Desa Mbawi, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) terancam gagal panen akibat jebolnya dua saluran irigasi.
"Jika kerusakan itu tidak segera diperbaiki, areal pertanian dan tanaman padi milik para petani dikhawatirkan rusak atau gagal panen," ungkap Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Desa Mbawi, Heru saat dikonfirmasi ANTARA, Rabu.
Dikatakannya, jebolnya dua titik saluran irigasi sekunder sepanjang 50 meter itu disebabkan banjir pada, Senin (20/1/2025) lalu.
"Dampak dari kerusakan tersebut, sawah-sawah yang telah ditanami padi terendam air dan sebagian lahan yang dekat dengan saluran irigasi yang rusak tersebut, dipenuhi oleh material pasir dan lainnya," jelasnya.
Hingga hari ini ke-sembilan pasca banjir, lanjut Heru, belum tampak upaya dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk segera memperbaiki kerusakan tersebut.
"Dan untuk diketahui lahan yang terendam saat banjir sudah mulai dilakukan penanaman lagi. Namun, apabila kerusakan belum tertangani, dipastikan banjir akan tetap masuk ke lahan persawahan tersebut," tegasnya.
Baca juga: Banjir di Dompu, lalu lintas menuju dua kecamatan terputus
Terpisah, Kades Mbawi Sukrin H. Ibrahim memaparkan, untuk memastikan kondisi lahan dirinya bersama PPL, Ketua BPD Jaelani, Babinsa Kopda Syarif Awaludin dan Ketua Gapoktan Mangge Lo’i Damrun, melakukan identifikasi dampak banjir.
"Kami melakukan pemantauan bersama, termasuk Babinsa Desa Dorebara, di lokasi terdampak banjir. Dilanjutkan dengan pertemuan di Kantor desa sehari setelah kejadian banjir," ucapnya.
Pada pertemuan tersebut, lanjut Sukrin, menghasilkan beberapa poin penting di antaranya Pemkab Dompu diharapkan segera memperbaiki saluran irigasi yang mengalami kerusakan itu.
"Kemudian, diharapkan normalisasi bagian hilir Sungai Laju di sekitar muara yang berbatasan dengan Desa Wawonduru, Kecamatan Woja," bebernya.
Baca juga: DPRD nilai Pemprov NTB tidak serius atasi persoalan banjir tahunan
Kades menambahkan, pada bagian hulu diharapkan untuk lebih menekankan peralihan komoditas budidaya petani dengan tanaman kehutanan, perkebunan, hortikultura.
"Seperti buah-buahan, terutama pada lahan miring. Tujuannya, untuk menghindari terjadinya pengikisan tanah dan material berat lainnya," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Gapoktan Mangge Lo’i Damrun mengatakan, kondisi semua lahan akibat meluapnya banjir tersebut dalam keadaan berair, berpasir dan berlumpur.
"Kondisi ini akan mengancam lahan dan tanaman padi yang sudah tertanam. Ini tentu akan merusak tanam tersebut dan membuat lahan pun ikut rusak," terangnya.
"Benih padi tidak dapat ditanam. Selain akibat lahan digenangi air, juga ditutup lumpur dan kerikil. Ini banjir yang ketiga kalinya terjadi dan sampai kapan akan terus begini," pungkas Damrun.
Baca juga: Walhi: Banjir Bima-Dompu dampak alih fungsi 30.000 hektare lahan perbukitan