ACT NTB rampungkan pembangunan 50 warung wakaf

id ACT NTB,Warung Wakaf,Juaini

ACT NTB rampungkan pembangunan 50 warung wakaf

Warung wakaf yang dibangun Global Wakaf ACT NTB di salah satu pondok pesantren di Pulau Lombok. (Foto Antaranews NTB/HO/ACT)

Pembangunan puluhan warung wakaf tersebut rampung pada pertengahan Februari 2019
. (ANTARA) - Mataram (Antaranews NTB) - Global Wakaf Aksi Cepat Tanggap (ACT) telah merampungkan pembangunan sebanyak 50 warung wakaf yang tersebar di lima kabupaten/kota di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat, sebagai sarana menggerakkan ekonomi umat secara berjamaah.

"Pembangunan puluhan warung wakaf tersebut rampung pada pertengahan Februari 2019. Tapi ada beberapa yang belum resmi beroperasi dan sedang dalam persiapan," kata Partnership ACT NTB, Juaini Pratama, di Mataram, Jumat.

Ia mengatakan pendirian warung wakaf juga sebagai ikhtiar Global Wakaf ACT untuk memulihkan perekonomian warga di Pulau Lombok setelah rentetan gempa bumi berkekuatan 6-7 Skala Richter yang terjadi pada 29 Juli hingga sepanjang Agustus 2018.

Menurut dia, pembangunan sarana ekonomi umat tersebut didanai dari dana wakaf tunai yang diarahkan untuk wakaf produktif dalam bentuk usaha warung wakaf, lumbung ternak wakaf, dan lumbung pangan wakaf. Namun di Pulau Lombok hanya warung wakaf yang sudah terbentuk.

"Kami berencana membangun lumbung ternak wakaf di Kabupaten Sumbawa. Sekarang masih dalam persiapan," ujarnya.

Juaini menyebutkan dari 50 warung wakaf yang sudah terbangun, sebesar 25 persen ada di Kabupaten Lombok Timur. Sedangkan di Kabupaten Lombok Tengah 20 persen, Lombok Barat 20 persen, Lombok Utara 15 persen dan Kota Mataram 10 persen.

Lokasinya berada di dalam area pondok pesantren dan lahan milik masjid serta lahan milik komunitas yang peduli terhadap pengembangan ekonomi umat. Ukuran bangunannya 3 x 6 meter. Meskipun begitu, suasananya dibuat seperti ritel modern.

Ia menambahkan pengelolaan warung wakaf tersebut dilakukan bekerja sama dengan PT Hydro Perdana Retailindo sebagai perusahaan wakaf yang mengelola retail Sodaqo. Perusahaan ini yang menyuplai aneka barang yang dibutuhkan oleh umat sehari-hari.

"Selain menyediakan barang, PT Hydro Perdana Retailindo juga mengedukasi pengelola warung wakaf tentang bagaimana manajemen usaha yang baik," ucap Juaini.

Ia menyebutkan dari total keuntungan yang diperoleh pengelola warung wakaf, sebesar 70 persen menjadi haknya, sisanya 30 persen dikembalikan ke Global Wakaf ACT untuk membiayai pembangunan warung sejenis di tempat lain.

Hal itu sesuai dengan tema pendirian warung wakaf oleh Global Wakaf ACT, yakni "Belanja kita, wakaf kita", dalam rangka menggerakkan masyarakat sekitar untuk berwakaf. Selain memberdayakan mereka dengan muamalah syariah. Sehingga, nantinya masyarakat tak hanya berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari, namun dapat sebagai ladang amal untuk berwakaf.

"Warung wakaf tersebut sebagai bentuk ajakan kepada umat agar kembali berjamaah dalam hal ekonomi. Dalam Islam, wakaf salah satu filantropi paling tinggi," ucap Juaini.