Mataram, 29/11 (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan termasuk Divisi Bulog Regional Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak bisa membendung harga gula yang terus melejit.
Walaupun stok gula baik untuk kebutuhan selama puasa maupun lebaran cukup, tapi harganya terus beranjak naik dan kini menembus harga Rp11.000 per kg untuk gula merek Gulaku yang sebelumnya Rp8.500 per kg.
Kepala Divisis Bulog Regional NTB, Rito Angky di Mataram, Sabtu mengatakan, pihaknya menyediakan sebanyak 1.500 ton gula untuk kebutuhan puasa dan 1.000 ton untuk lebaran.
Walaupun stok gula melimpah, namun harga gula terus naik, ini sesuai dengan hukum pasar, kalau permintaan meningkat maka harga barang pasti naik.
Hingga saat ini pihaknya belum berencana menggelar operasi pasar guna menciptakan kestabilan harga gula pasir yang terus merangkak naik itu.
Dia menilai, kondisi harga gula pasir di NTB masih dalam batas kewajaran, sehingga operasi pasar belum perlu digelar meski memiliki stok gula pasir.
Dari hasil pantauan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB dan petugas Bulog Divre NTB yang turun langsung melakukan pemantauan ke sejumlah pasar tradisional harga gula pasir berkisar Rp9.600 hingga Rp9.800 per kilogram (Kg).
"Khusus untuk gula dengan merek Gulaku yang dijual di supermaket harganya mencapai 11.000 per kg. Pemerintah kabupaten/kota dapat melakukan upaya untuk menekan kenaikan harga gula pasir yang terjadi di masing-masing daerah," katanya.
Sejumlah ibu-ibu rumah tangga mempertanyakan mengapa setiap datang bulan Puasa harga kebutuhan pokok selalu naik dan siapa yang menyuruh pedagang menaikkan harga.
Sekarang yang naik bukan hanya gula, tetapi juga yang lainnya seperti minyak goreng, telur dan daging.
Namun, mereka mengatakan, tapi biarlah gula, minyak, dan tepung mahal harganya, yang penting harga beras jangan mahal. Kalau harga beras yang mahal, maka masyarakat akan ribut.(*)