Mataram (ANTARA) -
Menabung emas kini hanya dalam genggaman
Di sebuah kedai kopi sederhana di Mataram, Nirkomala menatap layar ponselnya dengan fokus. Jari-jarinya bergerak cepat, memeriksa saldo tabungan emas digitalnya.
Senyum tipis menghiasi wajahnya saat melihat nilai investasinya naik sedikit demi sedikit. “Awalnya saya ragu, takut ribet atau mahal. Tapi sekarang bisa mulai dari nominal kecil, semua bisa dilakukan dari rumah,” ujarnya.
Kisah Nirkomala menjadi cerminan tren baru di Nusa Tenggara Barat (NTB). Di era digital, masyarakat semakin mudah mengakses investasi emas melalui aplikasi Pegadaian Digital.
Tabungan emas kini bukan sekadar simbol kemapanan, tetapi alat nyata menyiapkan masa depan finansial, sekaligus membangun budaya literasi keuangan sejak dini.
Tabungan emas digital Pegadaian memungkinkan masyarakat menabung mulai dari Rp10.000. Setiap rupiah dikonversi menjadi gramasi emas, tersimpan aman di gudang Pegadaian. Nasabah dapat melakukan transaksi kapan pun, memantau harga emas terkini, bahkan menggunakan tabungan emas sebagai jaminan pinjaman.
Dimyati, pegawai swasta di Lombok Timur, memanfaatkan layanan ini untuk menabung sejak pandemi. “Dengan aplikasi Pegadaian Digital, saya merasa lebih aman. Tidak perlu simpan emas fisik di rumah, dan bisa dicairkan kapan pun diperlukan,” ujarnya.
Fitur cicilan emas memberikan kemudahan bagi masyarakat yang ingin memiliki emas lebih banyak tanpa harus mengeluarkan modal besar sekaligus. Beragam promo, seperti “Gajian Emas”, rutin ditawarkan, memberi insentif menabung sambil tetap mengatur keuangan harian.
Digitalisasi layanan emas bukan sekadar soal teknologi, melainkan menumbuhkan budaya menabung emas, meningkatkan literasi finansial, dan memastikan masyarakat bisa memulai investasi dengan cara praktis dan aman.
Baca juga: Emas dalam genggaman: Investasi mudah di ujung jari (Bagian 2)
Jejak digital
NTB, dengan kekayaan budaya dan geografisnya, menjadi laboratorium menarik bagi penerapan tabungan emas digital. Wilayah seperti Lombok Timur, Sumbawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya kini bisa menikmati layanan yang sebelumnya hanya tersedia di kota besar.
Di Desa Sembalun, pintu pendakian Gunung Rinjani, Ibu Siti Aminah, pemilik warung kopi, rutin menabung Rp50.000 per minggu dari penghasilannya.
“Dulu menabung uang tunai sering habis untuk kebutuhan mendesak. Sekarang dengan tabungan emas, saya merasa lebih aman dan masa depan anak-anak lebih terjamin,” katanya.
Para pemuda di Mataram bahkan memanfaatkan aplikasi untuk menabung emas secara kolektif, membeli emas sebagai modal usaha bersama. Di tengah tren ekonomi kreatif, tabungan emas menjadi alternatif cerdas untuk mengelola dana usaha dan investasi.
Selain itu, Pegadaian juga membuka cabang digital melalui marketplace lokal dan aplikasi mobile, memudahkan warga desa dan pelaku UMKM untuk terhubung langsung tanpa harus menempuh perjalanan jauh.
Praktik ini memperlihatkan bagaimana teknologi menghubungkan masyarakat terpencil dengan peluang ekonomi modern.
Baca juga: Emas dalam genggaman: Investasi mudah di ujung jari (Bagian 3)
Literasi finansial
Digitalisasi emas tidak hanya memudahkan transaksi, tetapi juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya perencanaan keuangan. Agen Pegadaian di NTB kerap menyelenggarakan workshop literasi finansial, membimbing masyarakat menghitung keuntungan, memilih waktu jual-beli emas, dan memahami perencanaan keuangan jangka panjang.
Inklusi finansial meningkat pesat. Masyarakat yang sebelumnya sulit mengakses layanan keuangan kini bisa menabung emas dengan modal kecil, aman, dan transparan. Dampak sosialnya nyata: UMKM lokal, pelaku pariwisata, dan pekerja harian dapat mengelola aset, menabung untuk masa depan, bahkan menggunakan tabungan emas sebagai modal usaha.
Program tabungan emas ini juga selaras dengan misi Pegadaian untuk memberdayakan generasi muda. Pada 2025, Pegadaian memberi tabungan emas untuk para anggota Paskibraka Nasional, menegaskan kepedulian terhadap generasi emas Indonesia. Dukungan seperti ini mengajarkan anak muda pentingnya literasi finansial sejak dini, sekaligus menumbuhkan rasa cinta pada bangsa melalui kemandirian ekonomi.
Selain ittu, emas memiliki karakteristik unik yang menjadikannya investasi unggulan. Likuid: mudah dicairkan kapan pun. Universal: diterima di seluruh dunia. Fleksibel: tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari emas batangan hingga emas digital.
Nilai emas cenderung stabil, bahkan meningkat di tengah gejolak ekonomi, menjadikannya aset aman sekaligus sarana menyiapkan kebutuhan masa depan, seperti dana pendidikan, pensiun, atau ibadah haji.
Pegadaian Digital menerapkan sistem 1:1, memastikan setiap gram emas yang dibeli nasabah tersimpan secara fisik di gudang Pegadaian. Keamanan dan transparansi ini meningkatkan kepercayaan masyarakat, termasuk di NTB, yang sebelumnya terbatas akses fisik ke kantor Pegadaian.
Selain itu, emas juga memiliki fungsi psikologis. Kepemilikan emas memberikan rasa aman dan kontrol terhadap keuangan. Di tengah inflasi dan ketidakpastian ekonomi, memiliki tabungan emas digital adalah strategi cerdas untuk menjaga stabilitas finansial keluarga.
Inspirasi
Cerita Nirkomala, Dimyati, dan Siti Aminah membuktikan bahwa digitalisasi emas membawa dampak lebih luas daripada sekadar finansial. Ia mengajarkan masyarakat pentingnya disiplin menabung, merencanakan masa depan, dan mengelola risiko ekonomi.
Literasi finansial tumbuh, ekonomi lokal lebih tangguh, dan generasi muda memiliki kesempatan untuk menjadi mandiri secara finansial.
Di Lombok Barat, sekelompok ibu rumah tangga membentuk kelompok menabung emas bersama. Setiap bulan mereka menyisihkan sebagian penghasilan dari usaha kuliner lokal.
“Dengan emas, kami bisa mengatasi kebutuhan mendesak tanpa harus pinjam uang ke rentenir. Rasanya lebih tenang,” kata Lilis, salah satu anggota kelompok. Praktik ini menunjukkan bahwa tabungan emas digital bukan hanya investasi, tetapi juga alat pemberdayaan sosial.
Kini, menabung emas tidak lagi identik dengan kesulitan atau eksklusivitas. Digitalisasi Pegadaian membawa kemudahan, keamanan, dan akses terjangkau, dari kota hingga desa terpencil. Melalui layanan ini, masyarakat NTB dapat menabung, berinvestasi, dan merencanakan masa depan dengan lebih baik.
Dengan semangat #mengEMASkanindonesia, Pegadaian membuktikan bahwa literasi finansial, inovasi digital, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat berjalan beriringan, menciptakan masa depan yang lebih stabil, aman, dan penuh harapan bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Investasi emas digital kini bukan sekadar transaksi finansial, melainkan gerakan sosial-ekonomi yang menghubungkan teknologi, budaya, dan literasi, menumbuhkan generasi cerdas finansial, dan memperkuat ekonomi lokal dari desa hingga kota. Seperti yang dituturkan Nirkomala, “Menabung emas kini seperti menanam benih untuk masa depan, kecil tapi pasti tumbuh.”
Baca juga: Menteri P2MI meresmikan Desa Migran Emas di NTB
