Jakarta (ANTARA) - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto mendorong agar perguruan tinggi aktif berkolaborasi dengan sektor industri dan pemerintah daerah (pemda) sebagai motor penggerak inovasi dan pembangunan daerah.
"Jika kolaborasi berjalan dengan baik, setiap penelitian, dari skripsi hingga disertasi dapat lahir dari masalah riil yang dihadapi daerah dan industri," kata Mendiktisaintek Brian Yuliarto melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Mendiktisaintek menyatakan pihaknya tengah memperkuat koneksi antara perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan industri. Melalui pendekatan berbasis kebutuhan, lanjut dia, Kemdiktisaintek mendorong agar riset dan karya ilmiah mahasiswa serta dosen diarahkan untuk menjawab persoalan konkret di sekitarnya.
"Kementerian juga membuka kolaborasi industri dan kampus, dimana industri dapat menyampaikan tantangan yang dihadapi untuk kemudian dicarikan solusi melalui riset akademik," ujar Mendiktisaintek Brian.
Lebih jauh Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menambahkan peningkatan dana riset, merupakan bentuk nyata dukungan pemerintah terhadap penguatan kualitas riset di kampus, termasuk perguruan tinggi swasta dan kampus-kampus di wilayah timur Indonesia.
Baca juga: BNPT-Kemendiktisaintek sepakat dongkrak literasi kebangsaan
Ia menyebut dana tersebut diarahkan untuk memperkuat hilirisasi riset dan memastikan hasil penelitian dapat digunakan langsung oleh masyarakat dan industri.
"Peningkatan dana riset hingga 218 persen adalah wujud perhatian pemerintah. Riset harus berdampak langsung, baik untuk peningkatan mutu kampus maupun kemajuan daerah," ucap Stella.
Sementara di bidang tata kelola pemerintahan, Wamendiktisaintek Fauzan menyatakan kementerian tengah menata kembali sistem pembinaan perguruan tinggi.
Baca juga: Kemdiktisaintek imbau tiap kampus miliki satgas khusus
Kebijakan ini, lanjut dia, diharapkan membuat pembinaan lebih efektif sekaligus mendorong kampus beradaptasi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
"Dibutuhkan transformasi kurikulum agar kampus bisa mencetak sarjana dengan kompetensi yang spesifik, agar dapat berkontribusi dalam pembangunan nasional," tutur Wamendiktisaintek Fauzan.
