Mataram (ANTARA) - Kementerian Pertanian bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat melepas ekspor sejumlah komoditas pertanian ke Filipina dan Eropa.
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil, di sela-sela pelepasan ekspor komoditas pertanian di Kantor Pos Mataram, Kamis, mengatakan, berdasarkan data Indonesia Quaratine Full Automation System (IQFAST) pada kuartal pertama 2019, nilai ekspor komoditas pertanian Pulau Lombok mencapai Rp318,6 juta.
Jumlah tersebut berasal dari ekspor sarang burung walet (SBW) senilai Rp176,5 juta, kerajinan rotan senilai Rp64,6 juta, kerajinan bambu senilai Rp52,1 juta dan lainnya senilai Rp25,3 juta.
Padahal, di waktu yang sama pada tahun 2018, nilai ekspor komoditas pertanian Pulau Lombok dapat mencapai Rp3,9 miliar yang berasal dari ekspor buah manggis senilai Rp3,6 miliar, melon senilai Rp254 juta, sarang burung walet (SBW) senilai Rp96 juta, dan bambu senilai Rp20,8 juta.
"Namun, dari IQFAST, kami bisa melihat di kuartal pertama tahun 2019 tidak ada ekspor manggis dari Pulau Lombok. Padahal di tahun 2018 ekspor manggis mencapai Rp3,6 miliar," ujar Jamil .
Ia menjelaskan, NTB memiliki potensi ekspor komoditas pertanian yang besar, yakni di pulau Lombok dan pulau Sumbawa. Total nilai ekspor komoditas pertanian pulau Lombok di tahun 2018 mencapai Rp4,7 miliar, dengan komoditas yang didominasi adalah ekspor manggis ke Vietnam senilai Rp3,6 miliar.
"Meskipun Karantina Pertanian Mataram dapat membantu memberikan bimbingan teknis rumah produksi walet dan rumah kemas manggis yang sesuai dengan syarat protokol karantina negara Tiongkok, namun hal ini tidak dapat kami lakukan jika tidak ada kerjasama dari pihak Pemerintah Propinsi NTB yang dapat menggandeng investor," terangnya.
Sekda Provinsi NTB, Rosiady Sayuti mengatakan, pihaknya mendukung penuh program akselerasi ekspor yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian tersebut. Bahkan dukungan tersebut dibuktikan bahwa saat ini Pemerintah Provinsi NTB telah menyediakan lahan yang dapat digunakan untuk membangun rumah kemasan manggis yang akan mulai dibangun bulan Mei 2019.
"Begitupun dengan rumah produksi walet, kami akan carikan investor yang mau berinvestasi di Lombok," ujar Rosiady.
Kepala Karantina Pertanian Mataram, Arinaung Siregar, mengatakan total komoditas pertanian yang diekspor pada kali ini secara langsung senilai Rp74,2 juta. Dengan rincian tempurung kelapa tujuan Norwegia senilai Rp54,4 juta, tas rotan tujuan Prancis dan Filipina senilai Rp12 juta, sedotan bambu tujuan Swiss senilai Rp2,3 juta dan sarang burung walet tujuan Belanda senilai Rp5,5 juta.
"Ada juga sarang burung walet yang dikirim ke Jakarta untuk diekspor ke Tiongkok melalui Bandara Soekarno Hatta," kata Arinaung.