Jaringan air Pamsimas pemecah masalah kekeringan

id Masalah kekeringan

Jaringan air Pamsimas pemecah masalah kekeringan

Pembangunan Bendungan Raknamo Sejumlah pekerja melakukan pekerjaan pembangunan bendungan Raknamo di Desa Raknamo Kabupate Kupang, NTT, Selasa (29/11/2016). Bendungan seluas 147 hektare yang dibangun untuk mengatasi masalah kekeringan di Kabupaten itu ditargetkan selesai pada 2017 dari target awal 2019, dan saat ini pembangunannya fisik telah mencapai 83,46 persen. (ANTARA /Kornelis Kaha)

Sumbawa Barat (ANTARA) - Masalah kekeringan di beberapa desa di Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat, kerap terjadi bahkan menjadi hal yang rutin di musim kemarau.

Melalui Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa Barat, desa-desa yang mengalami kekeringan pada 2019 ini tersebar di tiga kecamatan yaitu desa Tua Nanga, Kokar Lian, Poto Tano, Kiantar di kecamatan Poto Tano.

Sementara di kecamatan Seteluk meliputi desa Seteluk, Kuang Busir. Sedangkan di kecamatan Taliwang yaitu desa Batu Putih dan Lamunga. 

Pemerintah melalui BPBD dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) telah melakukan pendistribusian terhadap desa-desa yang sangat memerlukan air secara rutin, bahkan bantuan air bersih datang dari Polres Sumbawa Barat untuk membantu pemenuhan kebutuhan warga yang dilanda kekeringan.

Namun berbeda dengan desa-desa yang rutin dilanda kekeringan dan membutuhkan bantuan pihak lain.

Salah satu desa yang beberapa tahun belakangan juga masuk dalam daftar desa yang dilanda kekeringan adalah desa Kelanir yang berada di kecamatan Seteluk KSB.

Desa tersebut berjarak sekitar 20 Km dari pusat kota Taliwang dan merupakan desa yang memiliki topografi atau daratan tinggi dan bebatuan.

“Sudah sejak lama kekeringan melanda desa dan sering mengharapakan bantuan pemerintah untuk pemenuhan air bersih. Tetapi dalam dua tahun terakhir ini dengan inovasi yang dimiliki desa, masyarakatnya dapat keluar dari kekeringan.” Ungkap Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kelanir, Sahdan saat diwawancarai di Taliwang, Sabtu (31/8).

Inovasi tersebut adalah Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (KPSPAMS) dengan menggunakan jaringan yang mirip dengan PDAM.

Cara mengelola air bersih dengan baik yang dimiliki Desa Kelanir telah mendapat predikat yang terbaik se-KSB tahun 2018. Saat ini KPSPAMS telah terbentuk di 29 Desa di KSB.

Air disedot dari sumur bor desa dan memanfaatkan penampungan air Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS), lalu dialiri ke rumah warga melalui jaringan yang telah dibuat lengkap dengan meterannya.

KPSPAMS Desa Kelanir yang pada tahun  ini telah diambil alih oleh pemerintah desa dalam pengelolaannya telah melayani 367 jiwa dengan 74 sambungan rumah dan iuran Rp. 1.000 per m3. 

Program Pamsimas  bertujuan untuk meningkatkan jumlah fasilitas pada warga masyarakat kurang terlayani termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan.

Dengan  Pamsimas, diharapkan mereka dapat mengakses pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. 

“Pada tahun lalu pengelolaan air bersih ini telah memiliki keuntungan bersih Rp.6 Juta per tahunnya serta berkontribusi pada Pendapatan desa pertahunnya,” kata Sahdan.

Pengelolaan air yang cukup baik ini membuat warga desa tidak kekurangan air walaupun di saat kemarau panjang.

Sahdan berharap semoga desa-desa yang dilanda kekeringan di saat kemarau dapat mengambil contoh dari pengelolaan air di desa kelanir agar warga desa terpenuhi kebutuhan air bersihnya.

Desa juga sudah membuat peraturan desa (perdes) yang mengatur tentang tata kelola dan iuran yang dibayar oleh warga desa.