Danrem Copot Babinsa Tidak Paham Swasembada Pangan

id Babinsa Dicopot

"Betul, baru satu anggota bintara pembina desa (Babinsa) dicopot"
Mataram (Antara) - Komandan Resor Militer (Danrem) 162/Wira Bhakti Kolonel Czi Lalu Rudy Irham Srigede mengaku telah mencopot satu anggota bintara pembina desa di Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, karena tidak memahami program swasembada pangan.

"Betul, baru satu anggota bintara pembina desa (Babinsa) dicopot. Saya ganti dengan anggota yang bisa mengerti tentang program swasembada pangan," katanya di Mataram, Kamis.

Ia mengatakan anggota babinsa yang dicopot itu tidak mengerti sama sekali dengan tugasnya untuk ikut terlibat dalam memberikan pembinaan terhadap para petani di daerah kerjanya.

"Disuruh tanyakan masalah kelompok tani, dia tidak buat kelompok tani. Kelompok tani yang kami tanya juga tidak mengerti tentang kelompok tani, padahal petani harus diajak buat kelompok dan didaftarkan ke pemerintah daerah agar mendapatkan bantuan benih dan pupuk bersubsidi dan alat mesin pertanian," ujarnya.

Babinsa, menurut Rudi, berada di tengah masyarakat perdesaan untuk mengambil peran dalam rangka memberikan pembinaan, termasuk di sektor pertanian.

Hal itu sudah menjadi instruksi Presiden agar Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (AD) terlibat aktif dalam memberikan pendampingan dan pengawalan kepada petani agar program swasembada pangan tercapai dalam tiga tahun ke depan.

Ia menginginkan agar semua anggota babinsa memahami instruksi Presiden. Oleh sebab itu, pihaknya bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan NTB akan memberikan pendidikan dan latihan (diklat) kepada 176 anggota babinsa.

Para anggota babinsa yang sudah diberikan diklat di Balai Diklat Pertanian Narmada, Kabupaten Lombok Barat, nantinya akan menularkan kembali ilmu yang sudah diperoleh kepada anggota babinsa lainnya.

"Jadi saya ingin semua babinsa mengerti tentang program swasembada pangan, kalau tidak lebih baik minggir saja," kata Rudy.

Menyinggung soal upaya khusus (Upsus) swasembada padi, jagung dan kedelai (Pajale), ia menegaskan bahwa NTB belum mampu memenuhi target di sektor luasan lahan penanaman, sesuai yang dibebankan pemerintah pusat.

"Hasil panen sudah cukup bagus dan sesuai target yang diharapkan, namun untuk luasan lahan penanaman, belum mampu dipenuhi sesuai yang ditetapkan oleh pemerintah pusat," ujarnya.

Meskipun demikian, Rudy mengaku tetap berupaya mengerahkan seluruh kemampuan anggota babinsa untuk memberikan pendampingan dan pengawalan kepada petani agar program swasembada pangan pada tahun 2017 bisa terwujud.

"Seluruh babinsa sudah dikerahkan, tidak hanya mendampingi dan mengawal petani dalam bercocok tanam, tapi juga dalam hal pendistribusian pupuk dan benih bersubsidi," katanya.  (*)