Mataram (Antara NTB) - Sebanyak 30 persen dari 152 penyuluh kehutanan di Nusa Tenggara Barat akan pensiun pada 2018, sehingga bisa menjadi kendala dalam upaya memberikan pendampingan kepada masyarakat di pinggir kawasan hutan.
"Kami akan kekurangan banyak penyuluh kehutanan karena akan banyak yang pensiun. Sekarang saja dari jumlah ideal 243 penyuluh kehutanan, yang ada 152 orang, separuhnya akan pensiun," kata Kepala Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Nusa Tenggara Barat (NTB) Hj Husnanidiaty Nurdin, di Mataram, Senin.
Usai membuka rapat koordinasi peningkatan kompetensi penyuluh kehutanan di NTB, ia mengatakan, meskipun jumlah tenaga penyuluh kehutanan belum ideal dan akan semakin berkurang, upaya memberikan pendampingan bagi masyarakat pinggir kawasan hutan tetap harus dijalankan secara optimal.
Misalnya, pelatihan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), pengelolaan lahan hutan kemasyarakatan (HKM), pengembangan hutan tanaman rakyat (HTR) dan kebun bibit rakyat.
"Kami tidak mau mengeluh dengan kondisi sumber daya manusia (SDM) yang terbatas, semua program harus tetap berjalan dengan personel yang ada," ujarnya.
Salah satu strategi menjalankan program pemberdayaan masyarakat pinggir kawasan hutan, kata Husnanidiaty, adalah memberdayakan tenaga penyuluh kehutanan swadaya yang berasal dari unsur pemuda dan tokoh masyarakat pemerhati kehutanan.
Tenaga penyuluh kehutanan swadaya yang ada diharapkan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat pinggir kawasan hutan untuk mengoptimalkan sumber daya hutan berupa nonkayu yang begitu melimpah untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Selain itu, diharapkan bisa menciptakan peluang kerja dari berbagai jenis usaha ekonomi produktif, seperti pengolahan HHBK, sehingga bisa menekan angka pengangguran dan kemiskinan di pinggir kawasan hutan
"Kawasan pesisir dan pinggir hutan menjadi daerah yang perlu mendapat perhatian serius karena sebagian besar penduduk miskin berada di wilayah itu," kata Husnanidiaty Nurdin.
Pemerintah Provinsi NTB, kata dia, mentargetkan penurunan angka kemiskinan sebesar 10 persen hingga 2018 yang dituangkan dalam rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), di mana sasaran utama adalah masyarakat miskin di pinggir kawasan hutan dan pesisir.
Salah satu cara untuk mewujudkan target tersebut, khususnya di pinggir kawasan hutan adalah dengan memanfaatkan potensi hasil hutan bukan kayu yang terbilang cukup besar. (*)
Berita Terkait
Gubernur Jateng gandeng penyuluh dan kelompok tani hutan lakukan reboisasi
Rabu, 24 Mei 2023 18:51
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21