Bi: Industri Belum Berperan Terhadap Perekonomian NTB

id ekonomi ntb

Bi: Industri Belum Berperan Terhadap Perekonomian NTB

Buruh tani perempuan di Desa Rarang Tengak, Kabupaten Lombok Timur, NTB, sedang menyortir daun tembakau yang siap dijual ke Bentoel Group. (ANTARA NTB/Awaludin) (1)

"Sejauh ini peran NTB terhadap perekonomian nasional terfokus pada ketahanan pangan dan pariwisata"
Oleh Awaludin



Mataram (Antara NTB) - Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat Prijono mengatakan peran industri di wilayah kerjanya belum begitu signifikan terhadap perekonomian daerah maupun secara nasional.

"Sejauh ini peran NTB terhadap perekonomian nasional terfokus pada ketahanan pangan dan pariwisata, kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) NTB Prijono, di Mataram, Kamis.

Ia menyebutkan sebagian besar jenis usaha di NTB merupakan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Sementara jumlah industri sedang dan besar masih relatif sedikit berjumlah 137 unit.

Secara umum, kata Prijono, industri di NTB, bergerak pada subsektor makanan dan minuman sebesar 49 persen dan pengolahan tembakau 28 persen.

"Meskipun kontribusinya masih rendah terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) NTB, sektor industri memiliki drajat keterkaitan yang erat dengan sektor ekonomi lain," ujarnya.

Sektor industri, kata dia, memiliki keterkaitan "backward linkage" yang cukup tinggi. Artinya apabila sektor industri bergerak, maka cukup banyak sektor ekonomi lain bergerak untuk memenuhi kebutuhan produksi industri tersebut.

Prijono mencontohkan sektor industri makanan dan minuman memiliki keterkaitan "forward linkage" yang tinggi.

"Artinya apabila sektor industri tersebut bergerak maka keluaran dari industri tersebut cukup banyak dibutuhkan untuk menggerakkan sektor ekonomi lain," katanya.

Menurut dia, ruang untuk pengembangan industri di NTB, masih terbuka dengan memaksimalkan potensi yang ada, yaitu sektor pertanian, perikanan dan peternakan.

Peran industri mengarah pada bagaimana menciptakan nilai tambah yang lebih besar dengan melakukan proses olahan barang mentah sehingga menjadi barang jadi atau setengah jadi, katanya.

NTB memiliki beberapa komoditas unggulan, seperti sapi, jagung, kedelai dan ikan, namun masih banyak dijual mentah atau tidak diolah.

"Apabila komoditas tersebut diberikan proses olahan lanjutan, maka produk turunan yang dihasilkan dapat memberikan nilai tambah yang lebih tinggi," ucap Prijono.

Dari hasil kajian, kata Prijono, kendala pengembangan industri di NTB, salah satunya terletak pada efisiensi yang masih perlu ditingkatkan.

Rasio efisiensi industri di NTB, masih tergolong rendah dibandingkan dengan provinsi lain yang lebih maju, termasuk dengan provinsi tetangga, yaitu Bali.

Menurut dia, untuk mendukung peningkatan efisiensi dan pengembangan industri ke depan, diperlukan upaya yang konsisten khususnya pada aspek dukungan infrastruktur teknologi.

Selain itu, dukungan kualitas sumber daya manusia, dukungan promosi untuk perluasan pasar dan dukungan regulasi pemerintah.

"Jika keempat aspek tersebut bisa diwujudkan, bukan tidak mungkin ekonomi NTB akan sangat maju dan mampu berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional," katanya. (*)