Mataram (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat kembali akan mempersiapkan vaksinasi COVID-19 secara massal bagi pelaku pariwisata untuk mempercepat pemulihan dan cakupan vaksinasi khususnya di destinasi wisata.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Lalu Hamzi Fikri, mengatakan fokus vaksinasi massal ini akan menyasar pelaku wisata yang ada di lingkar Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Kabupaten Lombok Tengah dan kawasan tiga Gili (Trawangan, Air dan Meno) di Kabupaten Lombok Utara.
"Khusus Mandalika itu ada 500 orang, sedangkan di tiga Gili kita masih koordinasi dengan Dinas Pariwisata NTB, tetapi kemungkinan jumlah ini akan bertambah," ujarnya di Mataram, Senin.
Menurut Hamzi Fikri, untuk pelaku wisata, pihaknya mempersiapkan sebanyak 1.000 vaksin. Namun, sejauh ini jumlah itu harus menunggu data pasti dari Dinas Pariwisata NTB, sehingga tidak ada pelaku wisata yang tidak di vaksinasi.
"Kenapa ini penting dan harus dipercepat karena cakupan vaksinasi kita masih rendah, khususnya di Lombok Tengah. Apalagi Lombok Tengah ini daerah tujuan wisata di NTB karena di situ ada Mandalika, sehingga ini harus bisa dipercepat," kata Hamzi Fikri.
Oleh karena itu, agar cakupan vaksinasi khususnya pelaku pariwisata bisa dipercepat tidak ada cara lain yakni dengan melakukan koordinasi antara seluruh pihak.
Dinas Pariwisata NTB mendata 500 kuota vaksin COVID-19 untuk para pelaku pariwisata yang merupakan bagian pekerja layanan publik dan dinilai rawan terpapar virus corona jenis baru itu karena berinteraksi dengan banyak orang.
Kepala Dinas Pariwisata NTB, Lalu Moh Faozal, mengatakan layanan vaksinasi COVID-19 bagi pelaku pariwisata sudah dimulai.
"Pelayanan vaksinasi COVID-19 bagi pelaku pariwisata kami berikan di kantor kami, sebagai salah satu bentuk perhatian pemerintah terhadap para pelaku pariwisata," kata Faozal.
Karena keterbatasan kuota vaksin COVID-19, katanya, maka 500 kuota tersebut dibagi secara prioritas untuk pelaku pariwisata yang ada di kabupaten/kota di daerah itu.
"Untuk Kota Mataram kami berikan kuota 100 orang, sisanya disebar untuk pelaku pariwisata kabupaten/kota lainnya," katanya.
Selain itu, prioritas vaksinasi COVID-19 terhadap pelaku pariwisata diberikan kepada hotel yang sudah memiliki sertifikasi CHSE (clean, health, safety, and environment), dengan kuota masing-masing lima orang per hotel, serta hotel tersebut beroperasional rutin di tengah pandemi COVID-19.
Faozal mengakui, kuota 500 vaksin untuk pelaku pariwisata di NTB yang diberikan itu masih sangat kecil jika dibandingkan jumlah keseluruhan pelaku pariwisata di daerah tersebut.
Di Mataram saja ada sekitar 800 lebih pelaku pariwisata, sementara kami baru bisa berikan vaksinasi terhadap 100 orang, belum lagi di daerah lain. Jadi kebutuhan kita masih banyak lagi.
Terkait dengan itu, Faozal akan berusaha memenuhi kebutuhan vaksinasi COVID-19 terhadap pelaku pariwisata dengan mengajukan bantuan vaksin melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
"Kementerianlah yang akan berkoordinasi di tingkat pemerintah pusat dengan kementerian terkait," katanya.
Ditambahkannya, pemberian vaksin COVID-19 kepada para pelaku pariwisata menjadi prioritas, selain untuk meningkatkan kekebalan tubuh juga memberikan keyakinan terhadap para tamu yang akan berkunjung ke daerah itu.
"Apalagi kita akan menjadi tuan rumah ajang berskala internasional, yakni MotoGP, pada Bulan Oktober mendatang," katanya.