Mataram, 30/3 (ANTARA) - Kawanan perampok bersenjata api dan senjata tajam menyatroni rumah seorang pengusaha bangunan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu sekitar pukul 05.30 Wita.
Kepala Sub Bagian Humas Polres Mataram AKP Arief Yuswanto, mengatakan, tim identifikasi Polres Mataram tengah melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) guna melacak jejak kawanan perampok itu.
"Olah TKP dan pengumpulan infomasi dari penghuni rumah sedang dilakukan. Informasi awal kawanan perampok itu terdiri dari lima orang," ujar mantan Kapolsek Mataram itu.
Kasus perampokan atau pencurian dengan kekerasan (curas) itu terjadi di kediaman Hendarto yang terletak di Jalan Suara Mardika Nomor 6, Kelurahan Pajang Timur, Kecamatan Mataram, Kota Mataram.
Arief mengatakan, saksi mata menginformasikan bahwa lima orang kawanan perampok itu bermodalkan satu pucuk senjata api berlaras pendek (pistol) dan sebilah parang.
Para perampok itu tidak menggunakan cadar atau kain penutup wajah, namun menggunakan lakban (isolasi plastik) untuk mengaburkan wajah mereka.
Diduga mereka memasuki kediaman "mewah" itu dengan memanjat tiang listrik di depan pagar tembok di malam hari kemudian mengendap di dalam rumah dan beraksi di pagi hari.
Salah seorang pembantu di kediaman pengusaha bangunan itu yakni Lemmah (45) mengaku ditodong pistol yang disusul ancaman hendak dibunuh dengan parang jika berteriak.
Pembantu itu disekap dalam kamarnya, kemudian kawanan perampok leluasa beraksi, hingga membawa kabur berisi uang tunai sebanyak Rp25 juta, perhiasan, laptop dan nota-nota belanja.
Kawanan perampok itu juga membawa kabur satu unit mobil Honda Freed keluaran 2010 berwarna silver tua Nopol B 1890 SSV, yang diparkir bersama Honda Accord di garasi mobil. Mobil yang dibawa kabur itu tercatat dalam Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (STNK) atas nama Rangga Adi Setia.
Kepada wartawan yang menemuinya di sela-sela olah TKP, Lemmah mengaku ditodong pistol oleh salah seorang kawanan perampok di kepalanya, namun ia hendak berteriak sehingga ditodong lagi dengan sebilah parang.
"Akhirnya saya takut berteriak dan disekap dalam kamar yang dikunci dari luar. Itu saja yang saya tahu," ujarnya. (*/Devi)