Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Dharma Wanita Nusa Tenggara Barat menggalakkan gerakan pendewasaan usia pernikahan di wilayah itu dalam rangka mencegah perkawinan anak sesuai dengan undang-undang dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
“Anggota Dharma wanita ini pasti memiliki keluarga dan tetangga, sehingga mereka bisa menjadi penggerak dalam mengedukasi masyarakan tidak menikah di usia dini,” kata Ketua Dharma Wanita Provinsi NTB Lale Prayatni, saat acara sosialisasi advokasi parenting pola asuh anak dan pendewasaan usia perkawinan bagi anggota dharma wanita di Gedung Kantor Bupati Lombok Tengah di Praya, Selasa.
Dari pemaparan Pengadilan Agama Praya, angka penikahan di bawah umur di Lombok Tengah saat ini paling tinggi di NTB. Hal itu terlihat dari jumlah masyarakat yang mengajukan dispensasi perkawinan.
“Yang telah meminta despensasi perkawinan itu sekitar 283 orang. Belum yang tidak tercatat,” katanya.
Dikatakan, bagi masyarakat yang telah menikah di bawah 19 tahun, mereka harus mengajukan despensasi perkawinan supaya tercatat sesuai undang-undang dan baru mereka bisa diberikan buku nikah.
“Inilah menjadi tantagan kita kedepan,” katanya.
Peyebab pernikahan di bawah umur tersebut terjadi karena kurangnya perhatian orang tua kepada anak-anak dan terkadang adanya hukum adat yang mengharuskan mereka menikah ketika pulang tengah malam.
“Orang tua penting diberikan edukasi supaya mencari anaknya ketika belum pulang,’’ katanya.
Selain itu, kata dia, pernikahan di bawah umur disebabkan oleh faktor ekonomi dan cara pandang masyarakat yang mengharuskan anak perempuanya menikah dini.
“Untuk mecegah itu perhatian orang tuan sangat penting,” katanya.
Dalam kegiatan itu, Dharma Wanita NTB juga mengajak supaya semua anggota melakukan edukasi kepada masyarakat dalam menerapkan pola asuh pada anak.
“Orang tua harus lebih dekat dengan anaknya sejak usia dini,’’ katanya.
Dikatakan, perlakuan orang tua kepada anakanya itu sangat peting bagi perkembangan dan pertumbuhannya, karena anak butuh perhatian sesuai zaman, sehingga karakter anak bisa terbentuk sejak usia dini.
“Anak butuh perhatian khusus,” katanya.
Menurutnya, pada saat ini kebanyak anak lebih suka main HP dan nonton TV. HP juga menjadi kebutuhan anak dalam belajar secara daring di masa Pandemi COVID-19 dengan tidak dilakukan pembelajaran tatap muka, sehingga kondisi seperti ini, peran orang tua terhadap pengawasan anak sangat dibutuhkan, supaya mereka tidak melakukan hal yang negatif.
“Benar tidak anak kita pakai HP untuk belajar atau melakukan hal lain? Jadi penting untuk kita awasi, jangan sampai lepas,” katanya.