Penyedia layanan pariwisata harus berikan servis prima

id Sandiaga Uno,Desa Wisata Buluh Duri,ADWI 2022,Desa Wisata,Layanan Pariwisata

Penyedia layanan pariwisata harus berikan servis prima

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno saat mengunjungi stand salah satu pelaku usaha kuliner di Desa Wisata Buluh Duri, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatra Utara, Jumat (23/6/2022). ANTARA/HO-Kemenparekraf

Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan penyedia layanan pariwisata harus mampu memberikan servis yang prima agar wisatawan merasa nyaman.

Salah satunya dengan meningkatkan kualitas amenitas pariwisata sebagaimana yang ia sampaikan saat berkunjung ke Desa Wisata Buluh Duri, Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara.

“Beberapa hal yang perlu ditingkatkan adalah kebersihan toilet dan homestay,” ujar dia lewat keterangan resmi, di Jakarta, Jumat.

Desa Wisata Buluh Duri sudah masuk 50 besar ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022 karena memiliki potensi wisata arung jeram (rafting), yakni Sungai Bah Bolon dengan karakteristik berupa bebatuan dangkal dengan grade 2–3 sepanjang 16 kilometer serta memiliki jeram yang cukup banyak.

Dengan karakteristik tersebut membuat wisata jeram di Sungai BahBolon dianggap aman dinikmati para penikmat rafting pemula.

Baca juga: Promosi pariwisata, Kemenparekraf perluas koloborasi dengan pihak swasta
Baca juga: Sandiaga berencana lanjutkan kolaborasi, kunjungi kantor Google di Singapura

Selain dimanfaatkan untuk wisata, Sungai Bah Bolon digunakan sebagai sumber air masyarakat. Untuk bermain arung jeram di desa itu, terbagi dalam tiga kategori, yakni dua jam, empat jam, dan enam jam dengan harga berkisar Rp100 ribu-Rp350 ribu.

Adapun beberapa objek wisata lainnya Air Terjun Bahgula setinggi 25 meter, Green Canyon setinggi 30 meter, dan Magic Wall/dinding batu berbentuk ukiran yang berasal dari tetesan air.

Kemudian ada pula Batu Boru Manjile, situs sejarah yang menjadi cagar budaya di aliran Sungai Bah Bolon, peninggalan Kerajaan Bajalingge.