Mataram, 19/12 (ANTARA) - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat H Lalu Imam Maliki menilai, ekspor konsentrat yang dilakukan PT Newmont Nusa Tenggara secara langsung belum memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat daerah itu.
"Masyarakat Nusa Tenggara Barat (NTB) tetap bangga nilai ekspornya setiap tahun memberikan kontribusi bagi nilai ekspor nasional. NTB bisa berada di papan tengah dari 33 provinsi di Indonesia, cuma sayang, nilai ekspor yang tinggi itu tidak berputar di NTB," katanya di Mataram, Senin.
Jika nilai eskpor tersebut berputar di NTB, menurut dia, akan memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan bisa menekan angka pengangguran melalui penciptaan lapangan kerja yang timbul dari perputaran uang tersebut.
Maliki menyebutkan, nilai ekspor NTB periode November 2011 sebesar 968.268.992 dolar AS, dan 967.468.992 dolar AS disumbangkan oleh produk konsentrat tembaga yang diproduksi oleh perusahaan tambang PT Newmont Nusa Tenggara, sedangkan sisanya sekitar 800.000 dolar berasal dari produk kerajinan dan buah.
"Komoditas NTB yang diekspor 99,99 persennya adalah konsentrat tembaga, sedangkan 0,91 persen berasal dari 16 jenis produk kerajinan dan 10 jenis produk lainnya yang dikirim oleh eksportir lokal. Kalau konsentrat dikirim langsung oleh PT NNT melalui pelabuhannya di Benete, Kabupaten Sumbawa Barat," ujarnya.
Menurut dia, dana hasil ekspor konsentrat tembaga tersebut disimpan oleh PT NNT di City Bank yang ada di Jakarta. Dana tersebut juga tidak bisa diketahui kemana peredarannya.
Meski demikian, keberadaan PT NNT sudah memberikan kontribusi terhadap pembangunan NTB melalui dana pertanggungjawaban sosial (CSR) baik di bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur lainnya.
Pemerintah Provinsi NTB juga berharap kepada PT NNT untuk tidak mengirim konsentrat ke negara lain, namun diolah terlebih dahulu di daerah, sehingga bisa memberikan nilai tambah dan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat.
"Kalau ada dampak ekonomi yang timbul dari pengolahan konsentrat itu, banyak hal yang bisa teratasi, seperti kemiskinan dan pengangguran," ujarnya.
Usaha pertambangan, menurut dia, memiliki batas waktu, sehingga upaya menggenjot nilai ekspor komoditas di luar hasil tambang terus dilakukan.
Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan nilai ekspor seperti divrsifikasi komoditi, meningkatkan kuantitas dan kualitas serta yang paling pokok adalah individu dari eksportir harus bisa menanamkan kepercayaan dari pembeli.
"Itu yang paling pokok. Kalau soal bimbingan peningkatan kualitas dan bentuk, biasanya 'buyer' mau membimbing sepanjang karakter dari pada eksportir harus betul-betul konsekuen memegang janji. Itu yang paling pokok kalau produk NTB mau unggul di luar negeri," ujarnya.
(*)