Pemkot-Hiswana Migas mencari solusi dampak kenaikan BBM bagi nelayan

id hiswan,DKP,Mataram

Pemkot-Hiswana Migas mencari solusi dampak kenaikan BBM bagi nelayan

Ilustrasi: aktivitas nelayan di Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. (Foto: ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, bekerja sama dengan Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas (Hiswana Migas), terus berkoordinasi mencari solusi dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bagi nelayan guna menekan inflasi.

"Kami sudah koordinasi dengan Hiswana Migas agar Pertamina juga memberikan subsidi BBM untuk nelayan," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (DKP) Kota Mataram H Irwan Harimansyah di Mataram, Kamis.

Dia mengutarakan harapannya agar subsidi BBM yang diberikan kepada para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) juga diberikan kepada nelayan di Kota Mataram yang jumlahnya sekitar 1.200 orang.

Menurutnya, subsidi BBM bagi nelayan juga sebagai upaya menekan inflasi dampak kenaikan BBM. Apalagi, pada rilis inflasi bulan Agustus 2022, tercatat ikan tongkol menyumbang inflasi di Mataram sebesar 0,06 persen.

"Inflasi itu terjadi karena harga ikan tongkol naik, dan hasil tangkapan berkurang karena faktor cuaca dan kini dipicu lagi kenaikan BBM," katanya.

Sementara ikan tongkol merupakan jenis ikan yang dominan hasil tangkapan nelayan di Mataram. Hasil tangkapan ikan nelayan di Mataram mencapai 2.200 ton per tahun, dengan jenis ikan yang dihasilkan 80 persen ikan tongkol, sisanya jenis ikan karang seperti kerapu dan lainnya.

Lebih jauh Irwan mengatakan, kenaikan BBM juga akan berdampak pada hasil tangkapan nelayan, sebab daya tangkap dan produksi menurun. "Biasanya sekali melaut nelayan mengisi BBM 30 liter, kini mengisi 20 liter," katanya.

Terkait dengan itu, pihaknya berharap usulan pemberian subsidi BBM bagi nelayan bisa direalisasikan oleh pemerintah.

"Hasil koordinasi kami dengan Hiswana Migas terhadap usulan subsidi BBM bagi nelayan, mereka sudah tindaklanjuti usulan kita dan kini menunggu jawaban dari pemerintah pusat," katanya.

Sementara seorang nelayan asal Kota Mataram Abdul Salam mengatakan, solusi yang dilakukan untuk menghemat biaya operasional melaut dengan menggunakan kapal layar sehingga penggunaan bahan bakar bisa lebih hemat.

Selain itu para nelayan melihat musim, jika musim banyak ikan maka nelayan akan berlayar, tapi kalau populasi ikan menurun maka nelayan tidak akan berlayar.

"Kita tidak asal turun melaut, agar tidak rugi. Semoga harga BBM dan kebutuhan pokok bisa segera stabil agar kita kembali melaut dengan normal," ujarnya.