Mataram (ANTARA) - Pemerintah Kelurahan Monjok Timur, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) melakukan uji coba pengolahan sampah plastik menjadi paving blok untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Lurah Monjok Timur Sumanto di Mataram, Selasa, mengatakan dalam tahap uji coba itu satu unit paving blok ukuran K-200 membutuhkan tiga kilogram sampah plastik atau setara dengan tiga karung sampah plastik.
"Dari sampah plastik yang kami miliki, kami berhasil membuat tiga unit paving blok sebagai bahan uji coba dan alhamdulillah berhasil," katanya.
Menurutnya, dalam proses pembuatan paving blok dari sampah plastik ini dilakukan secara manual dengan alat tungku pembakaran seadanya. Jenis plastik yang digunakan adalah plastik kresek, bekas mi instan, bekas bungkus permen, jajan ringan, dan plastik lainnya yang tidak terpakai. Sedangkan sampah plastik jenis botol atau kaleng sudah dipisahkan, karena ada pangsa pasar tersendiri.
Sampah-sampah plastik yang tidak bisa diolah itu, lanjutnya, yang dimasukkan ke tungku pembakaran untuk dilelehkan secara bertahap. Setelah cair, barulah dituang ke cetakan dengan campuran seperempat pasir sebagai penguat.
"Selanjutnya, kita masukkan ke air untuk membuka hasil paving blok dari sampah plastik," katanya.
Ia menilai apabila program pengolahan sampah plastik menjadi paving blok ini dapat dikembangkan, hal itu dinilai efektif mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.
Apalagi sampah plastik merupakan sampah sulit terurai, sebab membutuhkan waktu puluhan tahun. "Jadi, program ini mungkin bisa menjadi solusi ke depan dalam upaya pengurangan limpah plastik," katanya.
Sumanto mengatakan untuk dapat melanjutkan program itu pihaknya membutuhkan alat pembakaran dengan kapasitas lebih besar dan ramah lingkungan agar asap pembakaran tidak mengganggu warga sekitar.
"Selain itu, tentu kita butuh sampah plastik. Kalau sudah ada permintaan paving blok dari limbah plastik, kita pasti akan kekurangan sampah," katanya.
Terkait dengan itu, program tersebut akan dilaksanakan secara bertahap sambil mengajak masyarakat lebih aktif memilah sampah dari rumah untuk diolah di "Istana Maggot" Kelurahan Monjok Timur.
Kalau untuk pengolahan sampah organik terutama sisa makanan, Kelurahan Monjok Timur melaksanakan melalui budi daya maggot yang mampu menyerap 1,6 ton sampah rumah tangga per bulan.
"Setiap 14 hari kita bisa panen hingga 80 kilogram dari telur maggot 10 gram, dengan harga jual Rp6.000-Rp7.000 per kilogram," ujarnya.
Berita Terkait
DLH siapkan 6.900 biopond untuk budi daya maggot di Mataram
Kamis, 16 Mei 2024 16:02
Retribusi maggot di Mataram capai 30 persen
Jumat, 3 Mei 2024 13:46
Volume sampah Mataram meningkat 10 ton saat perayaan tahun baru
Senin, 1 Januari 2024 18:00
DLH Mataram menargetkan sumbang PAD Rp30 juta dari budi daya maggot
Senin, 16 Oktober 2023 16:23
DLH Mataram-rumah makan menyiapkan kerja sama olah sampah sisa makanan
Senin, 16 Oktober 2023 16:17
DLH Mataram menyiapkan 8.000 biopond maggot di TPST modern
Jumat, 29 September 2023 17:58
DLH Mataram menargetkan 30 ton sampah dikelola jadi pakan maggot
Senin, 20 Maret 2023 17:04
DLH Mataram memproduksi maggot kering untuk pakan ternak
Senin, 13 Maret 2023 15:36