New York/London (ANTARA) -
Euro telah melemah tajam terhadap safe-haven dolar sementara ekuitas memangkas keuntungan setelah laporan Polandia memicu kekhawatiran bahwa perang sembilan bulan antara Rusia dan Ukraina dapat meningkat.
Petugas pemadam kebakaran mengatakan dua orang tewas dalam ledakan di Przewodow, sebuah desa di Polandia timur dekat perbatasan dengan Ukraina, sementara seorang pejabat NATO mengatakan aliansi sedang menyelidiki laporan bahwa ledakan itu berasal dari rudal Rusia.
Tetapi kementerian pertahanan Rusia mengatakan "tidak ada serangan terhadap sasaran di dekat perbatasan negara Ukraina-Polandia yang dilakukan dengan alat penghancur Rusia".
Baca juga: Yuan melonjak 478 basis poin, menjadi 7,0421 terhadap dolar AS
Sementara itu, Pentagon mengatakan tidak dapat mengkonfirmasi laporan tersebut dan Gedung Putih mengatakan sedang bekerja sama dengan pemerintah Polandia untuk mengumpulkan informasi.
"Pasar sangat sensitif sekarang karena Ukraina telah merebut kembali lebih banyak wilayah yang telah direbut Rusia setelah perang dimulai," kata Marc Chandler, kepala strategi pasar di Bannockburn Global Forex di New York.
Euro terakhir naik 0,38 persen pada 1,0364 dolar setelah jatuh sebanyak 0,44 persen menyusul laporan dari Polandia. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama terakhir turun 0,23 persen setelah naik sebanyak 0,42 persen menyusul laporan dari Polandia.
Berita tentang ledakan tersebut telah membayangi kenaikan euro sebelumnya setelah data ekonomi AS menunjukkan pelonggaran inflasi
Indeks harga produsen (IHP) AS naik 8,0 persen selama 12 bulan hingga Oktober dibandingkan dengan ekspektasi ekonom sebesar 8,3 persen dan kenaikan September 8,4 persen, menurut data Departemen Tenaga Kerja.
Baca juga: Yuan berbalik naik tajam 515 basis poin, jadi 7,1907 terhadap dolar AS
Data tersebut, menyusul kenaikan harga konsumen Oktober yang lebih kecil dari perkiraan, mendorong investor yang telah memantau data inflasi dengan cermat untuk tanda-tanda bahwa Federal Reserve dapat memperlambat kenaikan suku bunga, yang ditujukan untuk meredam kenaikan harga-harga.
"Selera risiko telah membaik. Itu cenderung melemahkan dolar," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di perusahaan pembayaran Corpay.
"Pejabat Fed perlu melihat ini berbulan-bulan sebelum mereka menghentikan siklus kenaikan suku bunga tetapi tekanan harga secara keseluruhan tampaknya mengarah ke arah yang benar," kata ahli strategi yang mengatakan dolar kemungkinan memuncak pada September itu.
Sebelum data AS, euro, sterling, dan krona Swedia telah meningkat tajam terhadap dolar karena para pedagang menilai sejumlah data ekonomi, termasuk angka pekerjaan Inggris dan zona euro, ditambah sentimen ekonomi Jerman.
Di Eropa para pedagang juga mencermati data yang menggembirakan seperti indeks sentimen ekonomi Jerman ZEW yang naik pada November. Data juga menunjukkan lapangan kerja di area mata uang tunggal naik di kuartal ketiga.
Indeks dolar telah jatuh pada hari sebelumnya ke terendah sesi 105,34, titik terendah sejak Agustus. Greenback terakhir turun 0,65 persen terhadap yen Jepang di 139,025.
Sterling naik 0,95 persen pada 1,1870 dolar setelah sebelumnya naik sebanyak 2,27 persen, yang menempatkannya pada level tertinggi tiga bulan terhadap dolar.
Ini terjadi menjelang rencana anggaran pemerintah Inggris yang keras yang akan keluar akhir pekan ini dan setelah data menunjukkan tingkat pengangguran Inggris tiba-tiba naik dan lowongan turun untuk laporan kelima berturut-turut karena pengusaha khawatir tentang ekonomi.