Mataram, 7/11 (ANTARA) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) mengklaim, peningkatan nilai investasi di bidang pariwisata sangat signifikan dalam setahun terakhir. {jpg*2}
"Nilai investasi PMA (Penanaman Modal Asing) bidang pariwisata meningkat dari Rp2,4 triliun di 2011 menjadi Rp6,9 triliun sampai posisi September 2012. Sangat signifikan peningkatannya," kata Dirjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemparekraf Firmansyah Rahim, di sela-sela pembukaan ASEAN Tourisme Investement Forum (ATIF) 2012 yang digelar di Mataram, Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu.
ATIF 2012 yang akan berlangsung hingga 8 November 2012 itu diikuti delegasi dari enam negara ASEAN yakni Kamboja, Myanmar, Vietnam, Malaysia, Thailand dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Delegasi dari negara diluar ASEAN seperti China juga hadir dalam forum investasi pariwisata ASEAN itu.
ATIF yang digelar di Pulau Lombok (Indonesia) itu merupakan kegiatan ke-5 setiap dua tahunan.
ATIF pertama digelar di Bali (Indonesia) pada 2006, kemudian kegiatan kedua di Kuala Lumpur pada 2008, ketiga di Vietnam pada 2010, dan kelima kembali di Indonesia yang digelar di Lombok. ATIF berikutnya yakni 2014 direncanakan di Kamboja.
Hanya saja, ATIF 2012 agak berbeda karena langsung melibatkan pelaku bisnis dari negara-negara ASEAN.
ATIF sebelumnya hanya berisi tawaran peluang investasi bidang pariwisata, kini dimodifikasi menjadi pertemuan yang juga berisi 'business to business' sehingga bisa langsung disepakati urusan bisnis pariwisatanya.
Firmansyah juga menyebut nilai investasi PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) bidang pariwisata di Indonesia, mengalami peningkatan cukup signifikan, yakni dari Rp394 miliar di 2011 menjadi Rp860 miliar di 2012 sampai posisi September.
"Jelas bahwa nilai investasi bidang pariwisata di Indonesia, baik PMA maupun PMDN mengalami peningkatan signifikan hingga melampaui target yang ditetapkan, bahkan lebih dari 200 persen," ujarnya.
Ia berharap, kegiatan yang bersifat merangsang investasi bidang pariwisata terus dilakukan, termasuk ATIF yang digelar di Indonesia dan Pulau Lombok menjadi lokasi pelaksanaannya.
Menurut dia, peningkatan nilai investasi bidang pariwisata itu menggambarkan bahwa Indonesia sudah dianggap sebagai negara yang aman untuk investor.
"Terbukti dari meningkatkan nilai investasi bidang pariwisata, dan tentunya infrastruktur pendukungnya harus terus ditingkatkan. Jalan-jalan nasional di berbagai daerah terus dibenahi agar memberi kemudahan investasi," ujarnya.
Firmansyah menambahkan, delegasi Indonesia dalam berbagai pertemuan ASEAN juga terus meyakinkan negara-negara lain bahwa Indonesia merupakan negara yang potensial investasi di bidang pariwisata.
Bahkan, berbagai investor ASEAN akan diajak meninjau potensi investasi wisata di Pulau Lombok, dan daerah lainnya di Indonesia.
"Dengan adanya MP3EI, maka pengembangan sektor pariwisata menjadi hal yang utama untuk Provinsi NTB, Bali dan NTT. Ini peluang investasi di bidang pariwisata," ujarnya. (*)