DKPP sebut program ketahanan pangan di Surabaya hasilkan padi 22,4 ton

id DKPP Surabaya,panen raya,padi

DKPP sebut program ketahanan pangan di Surabaya hasilkan padi 22,4 ton

Panen raya di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jeruk, Lakarsantri, Kota Pahlawan, Jatim, Rabu (4/1/2022). (ANTARA/HO-Diskominfo Surabaya)

Surabaya (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya mengatakan program ketahanan pangan telah menghasilkan padi sebanyak 22,4 ton dari panen raya di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD) Jeruk, Lakarsantri, Kota Pahlawan, Jatim, Rabu.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Surabaya Antiek Sugiharti mengatakan panen padi kali ini dilaksanakan oleh Kelompok Tani (Poktan) Sri Sedono Lakarsantri di lahan seluas 4 hektare dari luas total lahan sekitar 40 hektare. "Panen raya padi sebagai wujud keberhasilan dari program ketahanan pangan," kata Antiek.

Di lahan total 40 hektare tersebut, tidak seluruhnya merupakan BTKD atau aset milik Pemerintah Kota Surabaya. Sebab, kata dia, sebagian lahan ada yang milik pengembang dan perorangan yang masih digunakan untuk pertanian.

"Sedangkan yang dipanen kali ini, merupakan lahan BTKD Jeruk seluas 4 hektare. Panen dilaksanakan Poktan Sri Sedono yang beranggotakan sekitar 35 orang," ujar dia.

Selain itu, Antiek juga menyebutkan, jika padi yang berhasil dipanen kali ini sebelumnya telah ditanam sekitar tiga bulan lalu atau tepatnya pada Oktober tahun 2022. Sedangkan untuk jenis padi yang ditanam, merupakan varietas ciherang.

"Panen dilakukan secara manual karena kondisi tanahnya terlalu becek dan tidak memungkinkan jika pakai alat. Kalau biasanya panen, kami pakai alat combine harvester," kata Antiek.

Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Surabaya Rahmad Kodariawan memperkirakan proses panen bisa rampung dalam dua hari. Sedangkan untuk hasil panen, diperkirakan mencapai sekitar 5,6 ton per hektare.

"Kalau normalnya bisa sampai 7-8 ton per hektare. Tapi karena ada hama tikus dan burung, turun jadi sekitar 5,6 ton per hektare karena di lokasi lain sedang tidak tanam padi atau tanam yang lain," kata Rahmad.

Dia juga mengatakan jika hasil panen di lahan BTKD Jeruk, seluruhnya digunakan oleh kelompok tani. Sebagian padi itu ada yang dikonsumsi, juga dijual untuk menambah pendapatan mereka. Padi yang sudah dipanen selanjutnya dikemas dalam bentuk Gabah Kering Basah (GKB) atau Gabah Kering Panen (GKP), kemudian dijual.

"Jadi hasil panen dijual oleh kelompok tani. Sekarang kita berupaya menjual dalam bentuk beras, kita kerja sama dengan koperasi. Jadi, nanti setelah padi dipanen, kemudian dijemur dan diselep. Karena kalau dijual dalam bentuk beras, hasilnya lumayan, harga bisa Rp11 ribu per kilogram," kata dia.

Baca juga: Lombok Barat membangun lima lumbung desa untuk ketahanan pangan
Baca juga: Organisasi SOS tangani distribusi pangan KTT G20

Menurut Rahmad, selain di BTKD Jeruk, lahan pertanian khusus padi juga tersebar di 11 wilayah kecamatan lain. Namun, tidak seluruhnya lahan BTKD digunakan penuh dalam satu tahun untuk tanam padi. "Kalau di lahan BTKD Jeruk, setahun penuh ditanam padi semua. Dalam jangka satu tahun, di BTKD Jeruk bisa panen padi 3 sampai 4 kali," ujar dia.

Dia juga menambahkan, selain di Kecamatan Lakarsantri, kelompok tani padi di Kota Surabaya juga terdapat di beberapa wilayah lain. Dia mencatat, saat ini ada sebanyak 35 kelompok tani yang ada di Kota Pahlawan. "Petani padi di Surabaya ada 35 Poktan. Setiap kelompok itu jumlah anggotanya tidak sama, ada yang sekitar 25, 35 hingga 40 anggota," kata dia.*