Mataram (Antara Mataram) - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemparekraf) bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kembali menggelar Festival Mutiara Lombok Sumbawa atau Lombok Sumbawa Pearl Festival (LSPF), 26-27 November 2013.
Festival mutiara yang dipusatkan di Aula Hotel Lombok Raya, di Mataram itu, dibuka oleh Wakil Gubernur NTB H Muh Amin, Selasa malam, yang dihadiri Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemparekraf Esthy Reko Astuty, dan Dirjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan Saut P Hutagalung.
Festival tersebut diikuti 30 pedagang mutiara yang terdiri dari 14 perusahaan perhiasan dan pengrajin mutiara menengah, 14 usaha kecil menengah (UKM) pengrajin mutiara, dan tiga stand demo kerajinan khas Lombok seperti cukli, tenun dan gerabah.
Selain pameran dan lelang mutiara, rangkaian kegiatan lainnya yakni pemilihan Putri Mutiara 2013 yang melibatkan peserta dari 10 kabupaten/kota di NTB.
Kegiatan lainnya yakni pertunjukan kesenian dan "fashion show" serta penampilan artis ibukota Anita Hara, serta beragam perlombaan seperti lomba fotografi, dan kreasi jilbab.
LSPF 2013 itu merupakan kegiatan keempat, setelah kegiatan pertama di 2010 dan kedua di 2011 serta ketiga di 2012, tergolong sukses.
Dirjen Pemasaran Pariwisata Esthy Reko Astuty mengatakan, festival itu merupakan wahana mempopulerkan Lombok sebagai penghasil mutiara terbesar dunia bertaraf internasional dan berdaya saing.
"Kegiatan ini membawa hasil yang cukup signifikan pada setiap kali penyelenggaraannya," ujar Esthy.
Ia menyebut nilai transaksi LSPF 2010 sebesar 47.425 dolar AS, nilai transaksi LSPF 2011 sebesar 120.000 dolar AS yang mengalami peningkatan signifikan.
Pada 2012 dari hasil pelelangan nilai transaksinya mencapai 98 ribu dolar AS, dan hasil pameran sebesar Rp700 juta, sehingga totalnya mencapai 175 ribu dolar AS atau setara dengan Rp1,6 miliar, sehingga mengalami peningkatan 33,33 persen dari 2011.
Diharapkan, pada LSPF tahun ini transaksi bukan hanya pada saat kegiatan berlangsung, namun juga mencakup pesanan secara berkesinambungan (repeat order).
"Dengan demikian dapat meningkatkan nilai ekspor dan mendorong kreatifitas masyarakat NTB, dan akhirnya mampu menggerakan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat setempat," ujarnya.
Sementara itu, Dirjen P2HP Saut P Hutagalung mengatakan, festival tersebut diharapkan semakin memotivasi produsen mutiara Indonesia untuk terus berkreasi hingga produk perikanan dan kelautan itu makin disukai masyarakat dunia.
Saut menyebut NTB merupakan daerah potensial pengembangan mutiara dengan daya dukungan lahan 19.056 hektare yang dapat memproduksi rata-rata sebanyak 1,4 hingga 1,8 ton/tahun.
Sekitar 10-30 persen dari total produksi mutiara NTB setiap tahun diantarpulaukan ke Surabaya dan Jakarta untuk selanjutnya diekspor ke berbagai negara oleh 38 orang pengusaha mutiara.
Hasil penelitian Departemen Kelautan dan Perikanan, mutiara produk NTB diklasifikasikan dalam golongan A (kualitas tinggi), B (sedang) dan C (rendah). Klasifikasi A memiliki nilai jual Rp1 juta/gram, B Rp150 ribu/gram dan klasifikasi C sebesar Rp100/gram.
Lokasi budidaya mutiara di Lombok seperti di Pantai Sekotong, Pemenang, Senggigi, Lombok Timur, Sumbawa, dan Bima.
"Bahkan, mutiara produk NTB diperebutkan para pembeli di bursa mutiara internasional di Jepang karena tergolong produk terbaik di dunia," ujar Saut. (*)
Kemparekraf kembali gelar Festival Mutiara Lombok-Sumbawa
"Kegiatan ini membawa hasil yang cukup signifikan pada setiap kali penyelenggaraannya," ujar Dirjen Pemasaran Pariwisata Kemparekraf Esthy Reko Astuty.