Perkuat pemahaman masyarakat menuju Rinjani Geopark Dunia

id Perkuat pemahaman masyarakat menuju Rinjani Geopark Dunia

Perkuat pemahaman masyarakat menuju Rinjani Geopark Dunia

Bappeda dan SKPD terkait lainnya, gencar memperkuat pemahaman masyarakat karena tidak ingin gagal lagi dalam memperjuangkan status geopark global untuk Gunung Rinjani. Salah satu indikator penilaian tim asesor Unesco yakni daya dukungan masyarakat, s

"Berbagai upaya nyata terus dilakukan, karena penetapan Gunung Rinjani sebagai bagian dari jaringan geopark dunia hanya soal waktu," kata Kepala Bappeda NTB H Chaerul Maksul.
Mataram (Antara Mataram) - "Berbagai upaya nyata terus dilakukan, karena penetapan Gunung Rinjani sebagai bagian dari jaringan geopark dunia hanya soal waktu."

Demikian kalimat pembuka yang dilontarkan Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) H Chaerul Maksul saat mensosialisasikan Rinjani Geopark Nasional, sekaligus upaya menjadikan Gunung Rinjani sebagai bagian dari Global Geopark Network (GGN) atau jaringan taman bumi global.

Sosialisasi yang dihadiri seratusan peserta itu digelar Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, dan Senaru, Kabupaten Lombok Utara, 7-8 Februari 2014. Kedua lokasi itu berada di kaki Gunung Rinjani, yang masih menjadi bagian dari wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).

Sosialisasi itu merupakan bagian dari peningkatan pemahaman masyarakat di sekitar TNGR tentang geopark sebagai konsep pengembangan kawasan berbasis pemanfaatan potensi keragaman geologi (geodiversity) secara terintegrasi dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultur diversity), dengan penerapan prinsip-prinsiup konservasi geologi yang disinergikan dengan rencana tata ruang.

Bappeda merupakan "leading sector" bagi Pemprov NTB dalam memperjuangkan Gunung Rinjani sebagai bagian dari GGN yang penetapannya merupakan kewenangan Lembaga PBB urusan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Budaya (Unesco).

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) pendukungnya, antara lain Dinas Kehutanan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar), Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) dan Badan Koordinasi Penyuluh (Bakorluh) Pertanian Terpadu.

Itu sebabnya, pimpinan dari SKPD terkait itu, juga berperan aktif dalam mensosialisasikan Geopark Nasional Rinjani, dan upaya menuju Rinjani geopark dunia.

Bappeda dan SKPD terkait lainnya, gencar memperkuat pemahaman masyarakat karena tidak ingin gagal lagi dalam memperjuangkan status geopark global untuk Gunung Rinjani. Salah satu indikator penilaian tim asesor Unesco yakni daya dukungan masyarakat, selain daya dukung alam.

Konsep pengelolaan geopark menyatukan antara pengelolaan warisan geologi dan warisan budaya dari suatu wilayah, dan pada dasarnya memiliki tiga tujuan utama, yaitu konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.

Pengusulan Gunung Rinjani menjadi geopark dunia, pernah disampaikan awal 2010 namun terpental dari bursa calon geopark dunia, karena dokumen teknis sebagai berkas pendukungnya belum lengkap.

Dokumen teknis itu, diantaranya lembaga pengelola kawasan yang diberi mandat, dan bukti dukungan pemerintah daerah setempat.

Pengusulan geopark dunia, dilakukan Komite Geopark Nasional Indonesia yang didalamnya terdapat pejabat Kementerian ESDM dan Kemparekraf, serta Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), sesuai prosedur dan mekanisme pengusulan, yang ditujukan kepada Sekretariat GGN Unesco.

Unesco kemudian meminta dalam pengajuan usulan itu disertakan dua lokasi lainnya yang juga memungkinkan jadi geopark dunia, sebagai pendamping Gunung Rinjani.

Dua obyek kawasan sebagai usulan pendamping itu yakni Gua Kapur di Pacitan, Jawa Timur dan Gunung Batur di Kintamani, Bali, dan Unesco akhirnya menetapkan kawasan Kaldera Gunung Batur Kintamani itu sebagai bagian dari GGN atau jaringan taman bumi global.

Penetapan tersebut dilakukan saat Konferensi Geopark Eropa ke-11 di Geopark Auroca, Portugal, pada 20 September 2012 lalu.

Sempat mencuat tanda tanya, apa yang menjadi kelebihan Gunung Batur sehingga Unesco lebih memilihnya daripada Gunung Rinjani?.

Dari aspek persyaratan teknis, Gunung Batur dan Gunung Rinjani sama-sama memiliki hal pokok untuk menjadi geopark global, yakni potensi geodiversity, biodiversity dan cultur diversity.

Malah, usulan Gunung Rinjani didukung oleh lima hal pokok yakni pertama, Gunung Rinjani memiliki nilai-nilai warisan geologi penting dari aspek kegunungapian, situs warisan alam berupa kaldera, kerucut-kerucut gunung api muda, lapangan solfatara, mata air panas dan bentangan lainnya yang mempunyai nilai estetika tinggi seperti air terjun.

Kedua, situs-situs geologi gunung api mempunyai makna bagi pengembangan ilmu pengetahuan kebumian dan pendidikan.

Ketiga, Gunung Rinjani telah mempunyai badan pengelola yakni Rinjani Tracking Manajemen Board (RTMB) yang melibatkan warga lokal setempat secara aktif.

Keempat, penyelenggara pariwisata berbasis geologi yang telah banyak memberi manfaat berupa pertumbuhan ekonomi lokal melalui jasa pemandu, penginapan, rumah makan, transportasi dan penjualan cinderamata.

Kelima, sebagai bentuk keberhasilan pengembangan pariwisata karena Gunung Rinjani telah memperoleh tiga penghargaan internasional yakni "World Legacy Award" untuk kategori "Destination Stewardship" dari "Conservation International and National Geographic Traveler" 2004, finalis "Tourism for Tomorow Award" masing-masing tahun 2005 dan 2008.

"Mungkin ada `hal lain` yang kita (NTB) tidak tahu, makanya Gunung Batur di Bali yang lebih dulu masuk jaringan GGN. Hal lain itulah yang mungkin tidak dimiliki NTB," ujar Chaerul, namun enggan merinci hal lain yang dimaksud.

Kalangan tertentu menerjemahkan `hal lain` itu yakni peran Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) yang saat itu dijabat Jero Wacik, yang merupakan putra daerah Bali, yang dihubung-hubungkan dengan rekomendasi lokasi.

Kalangan lainnya, menyimpulkan masuknya Gunung Batur dalam GGN Unesco, karena keserasian antara daya tarik kekayaan alam dengan keindahan budaya masyarakat lokal.

Sebagai bentuk wisata kebumian, Batur menawarkan wisata rekreasi dan petualangan. Daerah sekitar Gunung Batur dapat digunakan sebagai sarana wisata edukasi, penyelamatan lingkungan dan wisata batu-batuan (geotourism).

Apalagi, geopark dikemas menjadi bentuk "geotourism" atau geowisata yang merupakan salah satu bentuk perjalanan wisata minat khusus yang didasari oleh ketertarikan/rasa ingin tahu pada keragaman fenomena kebumian atau geodiversity.

Selain itu, dalam pengembangan Batur sebagai geopark di Bali, adanya kesungguhan/keseriusan Pemkab Bangli, dan Pemerintah Provinsi Bali, dalam membuat rencana induk pengembangan wilayah Gunung Batur yang merupakan kawasan Kintamani.

Benar tidaknya anggapan tersebut, Chaerul dan pimpinan SKPD terkait lainnya di wilayah NTB mengaku sudah melupakan kegagalan di 2010 itu, dan kini makin gencar menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan persyaratan teknis dan non-teknis usulan Rinjani menjadi geopark global.

Optimisme para pimpinan SKPD terkait di Pemprov NTB itu juga dilatarbelakangi status Gunung Rinjani yang sudah menjadi geopark nasional, sejak 14 November 2013.

"Makanya, sosialisasi terus dilakukan untuk perkuat pemahaman masyarakat, terutama yang bermukim di sekitar Gunung Rinjani. Tentunya, ini akan berdampak positif saat tim asesor Unesco meninjau kawasan Rinjani, yang dijadwalkan Maret nanti," ujar Chaerul.

Tim asesor hendak meninjau kawasan Gunung Merangin di Jambi, dan Gunung Sewu di Pacitan, Jawa Timur, pada Maret 2014, namun NTB juga menghendaki tim itu juga meninjau kawasan Rinjani.

Kawasan TNGR yang kini telah beralih status menjadi Rinjani Geopark Nasional, mencakup sebagian wilayah Kabupaten Lombok Barat seluas 12.360 hektare meliputi dua kecamatan dengan 15 desa, Lombok Tengah seluas 6.824 hektare yang mencakup dua kecamatan tersebar pada lima desa dan Kabupaten Lombok Timur pada tujuh kecamatan yang tersebar pada 17 desa dengan luas kawasan 22.146 hektare.

Salah satu pesona unggulan TNGR adalah Danau Segara Anak yang berada pada ketinggian 2.010 meter dari permukaan laut. Danau Segara Anak berada di sebagian Gunung Rinjani yang tingginya mencapai 3.726 meter dari permukaan laut.



Potensi Geodiversity

Masyarakat dunia tentu menginginkan potensi geoviersity atau keragaman geologi di kawasan Gunung Rinjani terus dilestarikan, jika ingin tergabung dalam GGN Unesco.

"Itu yang perlu dipahami semua pihak, terutama masyarakat di sekitar kawasan Gunung Rinjani," kata Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Provinsi NTB M Husni.

Husni mengatakan, geodiversity di kawasan Rinjani berukuran makro sampai mikro, terdiri dari bentangan alam, struktur geologi, singkapan batuan, mineral, fosil, dan lainnya.

Geodiversity yang bersifat langka, unik, dan memiliki nilai lebih dari aspek ilmiah, estetika, rekreasi dan budaya, seperti yang ada di kawasan Rinjani, sering disebut geoheritage.

"Untuk melestarikannya, tentu perlu ada konservasi geologi terhadap suatu fenomena geologi yang langka itu agar dapat memanfaatkan geodiversity secara berkesinambungan melalui suatu program terencana guna melindungi keberadaannya," ujarnya.

Ia menyebut tiga alasan utama konservasi geologi yakni karena geodiversity memiliki nilai-nilai impu pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan ekosistem penunjangnya.

Selain itu, geodiversity bersifat tidak terbaharukan, dan banyak geodiversity yang sangat sensitif terhadap gangguan, terutama terancam akibat berbagai kegiatan manusia.

"Tentunya konservasi geodiversity ada hubungannya dengan geopark yang merupakan konsep pengembangan kawasan berbasis pemanfaatan potensi geodiversity secara terintegrasi dengan keragaman hayati (biodiversity) dan keragaman budaya (cultur diversity), dengan penerapan prinsip-prinsiup konservasi geologi yang disinergikan dengan rencana tata ruang," ujarnya.

Penetapan geopark merupakan bagian dari upaya melestarikan situs geologi pada suatu wilayah dengan melibatkan masyarakat di sekitar situs tersebut sesuai dengan prinsip umum "memulaikan bumi menyejahterakan masyarakat".



Biodiversity

Potensi keanekaragaman hayati di Gunung Rinjani diyakini merupakan daya dukung kawasan itu untuk dijadikan ikon pariwisata GGN Unesco.

Kepala Dinas Kehutanan Andi Pramira mengatakan, terdapat kawasan hutan seluas 125.000 hektare lebih di Gunung Rinjani, diantaranya berstatus hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi terbatas.

Sebagian besar sungai di Pulau Lombok berhulu di kawasan hutan Gunung Rinjani, yakni sekitar 125 alur sungai (80 persen dari total alur sungai).

Sedangkan habitat di kawasan Rinjani, terdata sebanyak 757 jenis flora, dan 206 spesies fauna, diantaranya berstatus dilindungi dan mempunyai sebaran terbatas.

Bahkan, terdapat potensi flora khas yang berbeda dengan daerah lain seperti anggrek, klicung (ajan), gaharu, rajumas, ipil, pohon raksasa, cemara lima, bunga abadi/andari nyawa (anapolis sp), teh gunung (rododen dron), merica javanica, dan hutan cemara serta padang rumput yang luas.

Beberapa diantara flora itu berguna sebagai sumber plasma nutfah, bahan pangan alternatif dan berkhasiat obat.

Potensi fauna seperti biawak, rusa, burung, musang, penyu hijau, lutung (tracypetec us auratus), itik gunung (annas supercelosan), dan ujat (paradoxor us hemaproditus ridjancius).

"Ada juga potensi ekosistem danau segara anak pada ketinggian 2.010 meter diatas permukaan laut, yang dikelilingi kaldera dengan ketinggian sampai 710 meter, dan menyimpan air sampai 1,02 kilometer kubik, dan adanya kawasan pegunungan," ujar Andi.

Para pimpinan SKPD terkait di Pemprov NTB meyakini, cepat atau lambat Gunung Rinjani akan masuk GGN Unesco, jika potensi geodiversity dan biodiversity itu diintegrasikan dengan keragaman budaya (cultur diversity).

Karena itu, penguatan pemahaman masyarakat tentang arti penting geopark beserta upaya pelestariannya merupakan harga mati, karena yang menjadi semangat penetapan geopark bukan hanya upaya konservasi saja, tetapi juga mengarah kepada pemberdayaan masyarakat. (*)