Profil - Mandra: Berkah Berlimpah dari Pohon Kamboja

id Pohon Kamboja

Profil - Mandra: Berkah Berlimpah dari Pohon Kamboja

Pohon kamboja disukai karena kesemarakan bunganya (Ist)

Bagi sebagian masyarakat, pohon kamboja itu lekat dengan kesan seram sebagai tanaman kuburan. Namun bagi saya, kamboja justru merupakan tanaman keberuntungan
Puluhan pohon kamboja (`Plumeria acuminata`) berderet apik memperlihatkan bunga merekah berwarna-warni, dengan `taburan` cahaya keemasan samar matahari, tatkala siang telah beranjak menjadi petang di sebuah `nursery` di Denpasar, Bali.

"Bagi sebagian masyarakat, pohon kamboja itu lekat dengan kesan seram sebagai tanaman kuburan. Namun bagi saya, kamboja justru merupakan tanaman keberuntungan," kata I Made Mandra, salah seorang penjual tanaman di Denpasar, Bali.

Semenjak 2006 lalu, Mandra sengaja membuka usaha berjualan tanaman di kawasan Hayam Wuruk, Denpasar, yang khusus menawarkan beraneka ragam pohon kamboja kepada konsumen dari berbagai daerah di tanah air.

Sesekali, konsumen Mandra juga berasal dari kalangan orang asing, yang membeli pohon kamboja untuk menghiasi vila atau hotel, yang dikelola di Pulau Dewata.

"Orang asing yang hendak membeli pohon kamboja, cenderung memilih pohon yang sudah tua, berlekuk artistik dan ukurannya tidak terlalu tinggi. Pohon itu untuk ditanam di taman sebuah penginapan atau vila, karena kamboja, atau yang disebut sebagai `jepun` memang identik dengan Bali," kata Mandra.


                          Sewa Tanah

Sebelum membuka usaha khusus berjualan pohon kamboja, Mandra menyatakan pada tahun 2003, dirinya menyewa stand yang menjual berbagai jenis tanaman hias di kawasan Sedap Malam, Denpasar.

Modal yang disiapkan digunakan menyewa lahan untuk membuka stand dan membeli bibit tanaman senilai lebih dari Rp50 juta. Saat itu, Mandra menyewa lahan seluas 10 are, dengan harga Rp500 ribu/are.

"Ketika baru membuka usaha tanaman, saya menjual berbagai jenis yang disukai masyarakat. Khususnya adenium atau kamboja jepang. Sayangnya, ketika saya gencar menawarkan kepada sesama rekan penjual tanaman atau konsumen, ternyata adenium sama sekali kurang dilirik karena sudah banyak stand yang menjualnya," kata pria yang bekerja sebagai `chief garden` di sebuah hotel di Sanur.

Menghadapi kondisi ini, pria kelahiran tahun 1970 ini pun lantas terpikir untuk untuk mencari jenis tanaman lain sebagai pemikat, sehingga stand miliknya berbeda dengan lainnya. Setelah mengamati berbagai potensi tanaman hias di Bali, Mandra akhirnya menjatuhkan pilihan untuk mencoba menawarkan pohon kamboja.

Mandra pun memutuskan untuk mendatangkan pohon-pohon kamboja yang terkesan tua, dari berbagai pelosok daerah, lantas ditanam berderet agar terlihat atraktif. Terdorong keinginan agar stand tanamannya lebih menjangkau lebih banyak konsumen, Mandra pun memilih untuk memindahkan usaha di kawasan Hayam Wuruk.

Sejak itulah, usaha Mandra terus berkembang. Apalagi saat itu, belum banyak penjual yang menawarkan pohon kamboja ke konsumen. Tidak ayal, usaha Mandra pun makin dikenal masyarakat.

Ibaratnya, lanjut dia, bisnis pohon kamboja itu tidak ada matinya, karena masyarakat setempat pun sangat membutuhkan keberadaan tanaman itu.

Jika ada yang menempati rumah baru, pasti orang mencari pohon kamboja untuk ditanam di sanggah, karena tanaman ini berfungsi sebagai peneduh dan tampilannya juga memikat, dengan karakter batang yang berlekuk unik.


                         Negara dan Singaraja

Pilihan Mandra untuk berkonsentrasi membisniskan pohon kamboja dan menempati stand di kawasan Hayam Wuruk, Denpasar, bukanlah sebuah keputusan sia-sia. Setiap hari, pesanan pohon kamboja tidak pernah sepi. Berbagai jenis plumeria yang ditawarkan di stand Mandra, selalu diminati konsumen.

"Khususnya kamboja jenis-jenis langka, seperti `black sand`, `jack purple`, `madame pony`, `grove farm`, `red ruby`, `mary moragne` dan lainnya, sering dicari konsumen. Harga bibit tanaman antara Rp75 ribu - Rp1 juta, tergantung jenis kelangkaan dan ukurannya," ucap dia.

Seiring gencarnya pesanan, lelaki ini kewalahan menyediakan stok pohon kamboja, sehingga tidak jarang mendatangkannya dari daerah Negara dan Singaraja, terutama untuk tanaman yang sudah berusia puluhan tahun.

Dalam mendatangkan pohon kamboja, Mandra lebih menyukai sosok tanaman yang memiliki tampilan percabangan kompak dan batangnya kokoh, karena lebih disukai konsumen untuk penyemarak taman. Lebih diutamakan lagi tanaman yang umurnya sudah menua, karena harganya makin berlipat-lipat, dibanding pohon jepun berusia di bawah 10 tahun, yang cenderung kurang artistik karakter pohonnya.

"Bisnis pohon kamboja itu tidak seperti tanaman lain. Kalau lainnya, makin tua usia tanaman, tentu kian susah lakunya. Lain dengan pohon kamboja, makin tua makin dicari. Apalagi kalau bentuk percabangan dan batangnya bagus, pasti harga tidak akan rendah," ujarnya.

Dia menyebutkan selama ini, untuk pohon kamboja yang lingkar batangnya 1 meter, kisaran harganya Rp2 juta - Rp3,5 juta. Untuk harga tertinggi, Mandra pernah menjual pohon kamboja hingga seharga Rp8 juta, karena tampilan pohon begitu istimewa.

Menurut suami dari Nyoman Yudiani ini, ada perbedaan selera konsumen antara masyarakat lokal dan luar Bali ketika hendak membeli pohon kamboja.

Kalau orang Bali, biasanya lebih suka pohon kamboja dengan variasi 3-5 macam bunga dalam satu pohon. Sedang orang Jawa, Lombok atau daerah lain, cenderung memesan pohon kamboja dengan sembilan warna dalam satu pohon, sehingga jika berbunga terlihat amat semarak dan meriah.

"Sedang orang asing pilihannya lain lagi, jika yang bersangkutan tidak menetap di Bali, maka lebih memilih biji pohon kamboja untuk ditanam di negaranya. Harganya Rp2.500 - Rp5.000 per biji. Mahal atau murahnya biji, tergantung langka atau tidaknya jenisnya," katanya.

Tips supaya tanaman menghasilkan biji berkualitas dan selalu sehat, ujar Mandra, media tanam harus diperhatikan dengan seksama, terutama jika pohon ditanam di dalam pot.

Berdasarkan pengalaman Mandra, campuran yang terdiri atas pasir gunung, kompos dan sekam bakar, dengan komposisi 1:1:1, merupakan media tepat untuk menanam pohon itu. Jika media tanam porous, tidak akan terjadi kebusukan pada akarnya.

Sedang untuk memaksimalkan pembungaan agar tanaman dilirik konsumen, Mandra sesekali memberikan pupuk yang sesuai. Jika pada umumnya orang memupuk dengan menggali lubang di sekeliling tanaman, maka Mandra lebih memilih cara berbeda, dengan menancapkan patok pada keempat arah mata angin.

Begitu patok dicabut, maka terdapat lubang, yang akan diisi dengan pupuk NPK yang diaplikasikan sebulan sekali. Cara ini menurutnya lebih menguntungkan agar akar tanaman tidak banyak yang rusak.

"Setiap dua minggu sekali, saya akan menyemprot tanaman dengan pupuk. Biasanya tidak berselang lama, bunga-bunga akan bermunculan. Selain keunikan pohon, konsumen biasanya tertarik pada bunga-bunga kamboja yang bermekaran," ujar dia.

Kalau tidak ada bunga, katanya, bisa berimbas terhadap omzet yang didapat, karena penjualan cenderung merosot.

"Kalau penjualan lagi bagus, omzet per bulan rata-rata Rp15 juta-Rp20 juta. Ya, Kami sekeluarga mensyukuri dan menganggap usaha pohon kamboja merupakan berkah berlimpah dari Tuhan," ucap Mandra.

*) Penulis buku dan artikel