Derap Kaki Kuda di Pesisir Samawa

id Pesisir Samawa

Derap Kaki Kuda di Pesisir Samawa

Pencurian ternak marak di Sumbawa melalui jalur laut (Ist)

Sekawanan perampok dengan tangan menggenggam pedang dan senjata api, menggiring kuda-kuda, menuju ke arah dua perahu yang sudah menunggu
Derap langkah kaki kuda ditingkahi deru gelombang lautan, merobek keheningan malam tanpa bintang di pesisir Kecamatan Alas Barat, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).

Sekawanan perampok dengan tangan menggenggam pedang dan senjata api, menggiring kuda-kuda, menuju ke arah dua perahu yang sudah menunggu. Dua perahu itu terayun-ayun di permukaan lautan dan mulai bergerak mendekati pantai.

Perampok itu bergegas menaikkan kuda ke atas perahu. Tidak lama kemudian, perampok naik ke perahu satunya dan bersiap untuk melarikan diri.

Mendadak, dari balik semak belukar, terdengar letusan senjata api. Disusul kemunculan warga yang berteriak-teriak, diiringi aparat kepolisian, yang serentak mengejar sekawanan lelaki itu agar tidak sampai membawa kabur kuda menggunakan perahu.

Sejenak suasana malam dilanda kericuhan, tatkala warga tidak sabar ingin meringkus kawanan itu, sekaligus mengambil kembali kuda-kuda yang telah diambil paksa dari kandang para peternak.

Kawanan itu menjadi panik ketika polisi dan warga kian mendekat, hingga sempat membalas dengan menembakkan senjata kepada puluhan orang yang datang.

Akhirnya kawanan itu berhasil kabur, namun perahu lainnya yang mengangkut tiga ekor kuda, terpaksa ditinggalkan karena mereka dilanda ketakutan melihat warga dan aparat kepolisian semakin mendekat.

Ketika diperiksa aparat kepolisian, dua dari tiga ekor kuda yang keempat kakinya dalam kondisi terikat, sudah mati diduga karena kedinginan. Satu kuda lagi masih hidup, tapi dalam keadaan pingsan.

Melihat hal itu, massa yang tak terbendung amarahnya, meluapkan emosi dengan cara langsung membakar perahu tersebut.

Sementara itu, di tempat kejadian perkara (TKP), polisi menemukan sepucuk senjata api rakitan yang kini dijadikan barang bukti.

"Belakangan ini, pencurian ternak di wilayah barat dan selatan Sumbawa cukup marak. Untuk mengantisipasinya, pihak kami bersama TNI mengintensifkan patroli, di samping memperkuat personel di Polsek dengan penambahan anggota," kata Kapolres Sumbawa AKBP Karsiman, menanggapi kasus pencurian ternak yang terjadi pada Selasa (21/1) itu.

Menurut dia, pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polres lainnya, terutama di wilayah Pulau Lombok, untuk mengatasi kasus tersebut.


                          Dusun Kuang Bungir

Rupanya pelaku pencuri tidak kunjung jera dengan perlawanan masyarakat, dan tetap mengincar ternak di wilayah Samawa, sebutan Kabupaten Sumbawa.

Beberapa hari berselang, tepatnya pada Sabtu (25/1) malam, Polsek Empang berhasil menangkap AL, tersangka pencuri ternak di Dusun Kuang Bungir, Desa Usar, Plampang, Kabupaten Sumbawa, saat sedang beraksi menggiring dua ekor kuda curiannya menuju wilayah kecamatan.

"Sebelum ditangkap, AL mengambil dua ekor kuda milik Masuana, warga Dusun Kuang Bungir, Plampang, yang sedang diikat di kebunnya," ujar Karsiman.

Setelah berhasil mengambil dua ekor kuda, AL menggiring ternak menuju kawasan Kecamatam Plampang. Di tengah perjalanan, AL bertemu aparat kepolisian, yang merasa curiga terhadap perilaku pria itu yang menggiring ternak pada malam hari.

Ketika dicegat petugas kepolisian, AL tidak dapat menunjukkan surat keterangan kepemilikan ternak dan berdalih kalau kuda miliknya itu hendak dibawa ke Desa Labuan Jambu, Kecamatan Tarano.

Namun, alasan AL tidak dipercaya begitu saja, dan pihak Polsek Empang langsung menghubungi Polsek Plampang untuk koordinasi tentang pencurian ternak.

Aparat Polsek Plampang kemudian menginformasikan bahwa memang ada warga yang baru saja melaporkan kehilangan ternak.

"Akhirnya AL tak bisa berkutik, dan pihak Polsek Empang langsung mengamankannya. Saat ini kasusnya tengah disidik," ucap dia.

Dari tangan AL, yang berasal dari Desa Renda Kabupaten Bima ini, polisi mengamankan dua ekor kuda betina dan jantan.

"Tersangka masih dalam pemeriksaan intensif untuk mengungkap adanya kemungkinan aksi lainnya di tempat berbeda," kata Karsiman.


                          Bantah Polairud `Tidur`

Maraknya aksi pencurian ternak di sejumlah wilayah pesisir, terutama pesisir bagian barat dan selatan Kabupaten Sumbawa, dinilai sejumlah pihak tidak terlepas dari tidak maksimalnya kinerja aparat Polairud dalam melakukan pengawasan di laut.

Penilaian ini didasarkan karena semua aksi pencurian ternak yang terjadi di Sumbawa selama ini, kerap dilakukan melalui jalur laut dan para pelaku diduga berasal dari Pulau Lombok. Tidak mengherankan jika muncul tudingan, bahwa petugas Polairud `tidur`.

Namun, tudingan ini dibantah tegas Kapolda NTB Brigjend Pol Moechgiyarto, namun menurutnya, boleh-boleh saja orang berpendapat dan beropini.

"Kenyataannya ada sekitar 300-an pulau besar dan kecil yang harus diamankan dan terus dipantau oleh anggota Polairud dengan jumlah personel terbatas dan sarana yang sangat minim. Inilah masalahnya sebenarnya, dikarenakan ketidakseimbangan dari sisi geografis, jumlah personel dan perbandingan demografi atau jumlah penduduk," ucap dia.

Pihaknya mengaku telah berbuat banyak dan sangat maksimal, meski masih ada orang yang beranggapan kinerja anggotanya kurang optimal.

Salah satu langkah taktis yang dilakukan dalam meminimalisir dan mencegah aksi pencurian ternak, kata Kapolda NTB, dengan membangun sejumlah pos pantau di wilayah perairan yang dianggap rawan. Pos ini akan terus berpindah tempat untuk menjamah lokasi pesisir yang memang menjadi salah satu pintu masuk bagi para pelaku pencuri ternak.

"Kami terus bergerak, dan masyarakat diharapkan ikut terlibat, minimal cepat memberikan informasi atau membentuk kelompok pengamanan dalam upaya mencegah aksi pencurian ternak agar tidak terjadi kembali," ucapnya.

*) Penulis buku dan artikel