Mataram (ANTARA) - Hitam. Semua serbahitam. Termasuk Lubang kunci menuju labirin yang mengarah ruang besar yang gelap.
Semua orang harus masuk ke sana untuk membuka kotak pandora penguak rasa penasaran.
Okultisme begitu terasa, entah si pembuat ide itu terobsesi akan kultur gothic atau terilhami dengan Viking Valhalla, kisah dari dari negeri Skandinavia saat masa kegelapan "baheula".
Ya, mungkin itu konsep dari si empunya. Yang jelas, si tamu pun diharubirukan dengan penampilan serbahitam itu. Hitam.
Memang itu benar-benar terjadi. Terjadi di Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (12/3) malam. Lewat tangan dingin pendiri Room Project, Rahadyan Salat, atau yang akrab dipanggil Kang Osenk.
Room Project merupakan rumah kreatif di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang menaungi berbagai proses kreatif. Rumah kreatif itu menggelar pertunjukan talent muda asal Kepulauan Sunda Kecil, yakni, SiSasa, melalui tema acara "Sisi Lain SiSasa" yang sekaligus merilis mini albumnya.
Apa maknanya? Jawaban dari Kang Osenk, "Dalam pertunjukan ini kami mengambil tema 'Disihir dan Menyihir'. Siapa yang disihir? Siapa yang menyihir? Jawabannya akan ditemukan di pertunjukan itu."
Nyala lampu tetap padam, yang ada kegelapan di ruangan auditorium itu. Kemudian tidak lama, berjalanlah seorang pria berpakaian serbahitam dan bertopi khas penyihir, dari pintu masuk labirin ke panggung pertunjukan sembari meniti tangga.
Seraya memainkan alat musik banjo, mulutnya terus mengeluarkan suara bak jampi-jampi pengusir bala. Pria itu pun melangkah menuju piano. Di piano itu, jari-jemarinya memainkan irama sembari terus mengeluarkan nyanyian. Lampu cempor meneranginya seputar wajahnya hingga membentuk siluet. Siluet misteri.
SiSasa, antara "Disihir dan Menyihir"
Okultisme begitu terasa, entah si pembuat ide itu terobsesi akan kultur gothic