Warga Mataram Ikuti "Parade Maulid Rebak Jangkih"

id rebak seribu

"Warga berpartisipasi aktif mengikuti acara penutup serangkaian kegiatan tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, dan ini merupakan bukti semangat masyarakat dalam melestarikan budayanya"
Mataram,  (Antara NTB)- Seribuan warga Kelurahan Dasan Agung Kecamatan Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat petang, mengikuti "Parade Maulid Mentaram Rebak Jangkih" yang merupakan tradisi tahunan bagi masyarakat di wilayah tersebut.

"Warga berpartisipasi aktif mengikuti acara penutup serangkaian kegiatan tradisi Maulid Nabi Muhammad SAW, dan ini merupakan bukti semangat masyarakat dalam melestarikan budayanya," kata Wali Kota Mataram H Ahyar Abduh sebelum melepas parade yang diikuti 15 lingkungan di Dasan Agung.

Kegiatan "Parade Maulid Mentaram Rebak Jangkih" dihadiri pula oleh unsur forum koordinasi pimpinan daerah (FKPD), sejumlah direksi hotel, kepala satuan kerja perangkat daerah (SKPD) serta jajaran tokoh agama dan tokoh masyarakat, Camat Selaparang dan sembilan lurah di kecamatan tersebut.

Dalam parade itu, peserta menampilkan berbagai rangkaian kegiatan maulid seperti "nyunatan` (khitan), "ngurisan` (cukur rambut bayi), "namatan" (hatam Al Quran), dan tradisi "roah" atau selamatan.

Selain itu, ditampilkan juga tradisi penyajian "dulang penyampah", "dulang nasi", dan "dulang penamat` serta tradisi "beselawat" untuk diserahkan ke masjid.

Dengan menggunakan busana muslim Sasak serta berbagai atraksi budaya dan arak-arakan lainnya, satu-persatu 15 lingkungan di Kelurahan Dasan Agung menampilkan apa yang menjadi tradisinya.

Bahkan dalam kegiatan itu ditampilkan juga reog ponorogo yang digelar oleh warga Ponorogo yang tinggal di Kota Mataram dan kesenian barongsai sebagai salah satu bentuk dukungannya kepada warga kota.

Wali kota mengatakan, budaya memiliki daya dukung yang potesial untuk terus meningkatkan pembangunan di Kota Mataram.

Ia mengatakan, kegiatan ini jangan hanya untuk atraksi budaya, tetapi hendaknya diambil hikmah dari momentum kelahiran Nabi Muhammad SAW kemudian diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan direfleksikan.

"Oleh karena itu, diharapkan kegiatan ini bisa dilaksanakan setiap tahun, untuk meninggalkan hal-hal yang baik bagi generasi berikutnya," ujarnya.

Diharapkan kegiatan tersebut dapat memberikan manfaat dan berkah bagi warga di Kota Mataram khususnya di Kelurahan Dasan Agung.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram H Abdul Latif Nadjib mengatakan, "rebak" dalam bahasa sasak artinya jatuh, sedangkan "jangkih" artinya tungku untuk memasak.

"Ini artinya, selama bulan maulid, warga Dasan Agung melakukan aktivitas memasak dalam jumlah banyak yang dulunya menggunakan "jangkih", sehingga setelah bulan maulid berakhir, warga kembali merapikan berbagai peralatan memasaknya sebagai tanda penutup acara," ujarnya.

Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk untuk menciptakan Dasan Agung sebagai kampung budaya di Mataram. "Dasan Agung ini kan seperti Betawi di Jakarta," katanya.

Latif berharap dengan adanya kegiatan ini bisa mempererat tali silaturrahim antarsemua warga di Kelurahan Dasan Agung. (*)