DP3A Mataram: Pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku "bullying"

id DP3A Mataram kasus bullying,Bullying di Mataram,Mataram

DP3A Mataram: Pola asuh orang tua mempengaruhi perilaku "bullying"

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram Hj Dewi Mardiana Ariany. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Berat, Dewi Mardiana Ariany menyebutkan pola asuh orang tua menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku "bullying" atau perundungan.

"Pola asuh orang tua sangat berpengaruh terhadap pembentukan karakter anak termasuk perilaku "bullying". Karena itu, jika ada kasus 'bullying' maka orang tua harus bertanggung jawab terhadap perilaku anak-anak mereka," katanya di Mataram, Rabu.

Baca juga: SMPN 3 Jonggat edukasi bahaya perundungan

Hal tersebut disampaikan menyikapi banyaknya kasus "bullying" terhadap siswa di sekolah yang terjadi di beberapa daerah yang tentunya bisa menyebabkan gangguan emosional dan mental pada korban.

Selain itu, anak-anak yang kena "bullying" bisa mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan kepercayaan diri.

"Bullying juga dapat menyebabkan isolasi sosial, perasaan kesepian, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan," katanya.

Menurutnya, sejauh ini kasus "bullying" di Kota Mataram belum ada laporan, namun berbagai langkah upaya antisipasi sudah dilakukan bersama pihak terkait termasuk untuk di lingkungan sekolah.

"Kami sudah ada kerja sama dengan sekolah-sekolah terkait dengan program sosialisasi mencegah 'bullying'," katanya.

Hanya saja, lanjutnya, tanggung jawab itu tidak bisa sepenuhnya diserahkan ke sekolah sebab anak-anak hanya 8 jam di sekolah dan sisanya berada di rumah di bawah pengawasan orang tua.

Oleh karena itu, peran serta dan pola asuh orang tua dalam hal ini sangat menentukan karakter anak di masa depan. Apakah dengan pola asuh penuh dengan kekerasan, otoriter, atau pola asuh penuh kasih sayang sehingga anak dan orang tua seperti teman.

"Tapi perlu diingat, berdasarkan hasil penelitian dari 26 persen anak yang diasuh dengan kekerasan akan menjadi pelaku kriminal. Jadi orang jangan salah memilih pola asuh," katanya.