Jalan terisolasi akibat banjir bandang terbuka di Aceh Tenggara
Jakarta (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh melaporkan jalanan yang terisolasi yang menyebabkan terganggunya akses jalan akibat pengaruh banjir bandang mulai terbuka.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Tenggara Nazmi Desky dalam acara Teropong Bencana diikuti daring di Jakarta, Rabu (15/11), mengatakan terdapat kerusakan akses jalan nasional yang menghubungkan Aceh Tenggara dengan Medan, kemudian Aceh Tenggara ke Blangkejeren.
Penyebab terganggunya akses jalan tersebut akibat lumpur dan material kayu yang terbawa oleh banjir bandang.
"Memang sempat terhambat hampir putus sekitar 24 jam. Tapi dengan kerja sama, juga termasuk dengan teman-teman dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional wilayah Aceh dan juga PPS,jalan nasional dilalui semua sudah terbuka," ujar Nazmi.
Namun Nazmi mengatakan ada satu jembatan penghubung antarkecamatan yaitu menghubungkan dari Kecamatan Babussalam ke Kecamatan Lawe Alas, dimana jembatan tersebut sempat terkikis dan roboh. Jembatan tersebut hingga kini belum dapat terlewati.
Sehingga pemerintah daerah setempat membuat jalur alternatif melalui Jembatan Silayar dengan jarak tempuh sekitar 20-25 kilometer. "Kami menghimbau masyarakat untuk bersabar dan menggunakan jembatan alternatif tersebut untuk menuju ke kota Kutacane," ujar dia.
Kabupaten Aceh Tenggara telah menetapkan status tanggap darurat sejak kejadian banjir bandang yang terjadi sejak Senin (13/11) tersebut. Koordinasi telah dilakukan baik pemerintah provinsi, pemerintah pusat dan Kementerian PUPR untuk membuat jembatan penghubung sementara.
Selain itu, pemerintah provinsi juga berkoordinasi dengan pemerintah pusat baik melalui BNPB, Kemensos untuk memberikan bantuan masa panik yakni berupa kebutuhan pokok masyarakat. Dua alat berat telah diturunkan untuk membersihkan jalanan dan jembatan yang penuh lumpur dan kayu-kayu yang terbawa banjir. Sejumlah sungai yang jebol telah ditanggul kembali, agar debit air tidak sampai menuju pemukiman.
"Dan juga kami juga sudah melakukan pembersihan dengan menggunakan 5 mobil damkar (pemadam kebakaran) untuk membersihkan fasilitas umum seperti masjid pesantren sekolah dan yang lainnya agar fasilitas umum dapat pulih kembali dan dapat dimanfaatkan," kata dia.
Banjir bandang yang melanda pada Senin (13/11) di Aceh Tenggara berdampak pada 15 kecamatan dan 63 desa. Wilayah dengan dampak terparah yakni Desa Pasir Puntung, Kecamatan Sumedam.
Baca juga: BMKG prakirakan sebagian Sumut hujan Senin
Baca juga: Waspada banjir rob seiring fenomena fase bulan purnama
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam tiga hari ke depan Aceh Tenggara akan diguyur hujan, namun air yang meluap ke area pemukiman sudah mulai surut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aceh Tenggara Nazmi Desky dalam acara Teropong Bencana diikuti daring di Jakarta, Rabu (15/11), mengatakan terdapat kerusakan akses jalan nasional yang menghubungkan Aceh Tenggara dengan Medan, kemudian Aceh Tenggara ke Blangkejeren.
Penyebab terganggunya akses jalan tersebut akibat lumpur dan material kayu yang terbawa oleh banjir bandang.
"Memang sempat terhambat hampir putus sekitar 24 jam. Tapi dengan kerja sama, juga termasuk dengan teman-teman dari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional wilayah Aceh dan juga PPS,jalan nasional dilalui semua sudah terbuka," ujar Nazmi.
Namun Nazmi mengatakan ada satu jembatan penghubung antarkecamatan yaitu menghubungkan dari Kecamatan Babussalam ke Kecamatan Lawe Alas, dimana jembatan tersebut sempat terkikis dan roboh. Jembatan tersebut hingga kini belum dapat terlewati.
Sehingga pemerintah daerah setempat membuat jalur alternatif melalui Jembatan Silayar dengan jarak tempuh sekitar 20-25 kilometer. "Kami menghimbau masyarakat untuk bersabar dan menggunakan jembatan alternatif tersebut untuk menuju ke kota Kutacane," ujar dia.
Kabupaten Aceh Tenggara telah menetapkan status tanggap darurat sejak kejadian banjir bandang yang terjadi sejak Senin (13/11) tersebut. Koordinasi telah dilakukan baik pemerintah provinsi, pemerintah pusat dan Kementerian PUPR untuk membuat jembatan penghubung sementara.
Selain itu, pemerintah provinsi juga berkoordinasi dengan pemerintah pusat baik melalui BNPB, Kemensos untuk memberikan bantuan masa panik yakni berupa kebutuhan pokok masyarakat. Dua alat berat telah diturunkan untuk membersihkan jalanan dan jembatan yang penuh lumpur dan kayu-kayu yang terbawa banjir. Sejumlah sungai yang jebol telah ditanggul kembali, agar debit air tidak sampai menuju pemukiman.
"Dan juga kami juga sudah melakukan pembersihan dengan menggunakan 5 mobil damkar (pemadam kebakaran) untuk membersihkan fasilitas umum seperti masjid pesantren sekolah dan yang lainnya agar fasilitas umum dapat pulih kembali dan dapat dimanfaatkan," kata dia.
Banjir bandang yang melanda pada Senin (13/11) di Aceh Tenggara berdampak pada 15 kecamatan dan 63 desa. Wilayah dengan dampak terparah yakni Desa Pasir Puntung, Kecamatan Sumedam.
Baca juga: BMKG prakirakan sebagian Sumut hujan Senin
Baca juga: Waspada banjir rob seiring fenomena fase bulan purnama
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam tiga hari ke depan Aceh Tenggara akan diguyur hujan, namun air yang meluap ke area pemukiman sudah mulai surut.