Mataram (Antara NTB) - Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat mendalami dasar jamaah Qadariyah Naqsabandiyah merayakan Lebaran pada 4 Juli 2016 atau lebih dulu dibandingkan ketetapan pemerintah pada 6 Juli 2016.
"Nanti kami coba lakukan pendekatan, apakah mereka berhitung berdasarkan hisab kontemporer yang selama ini kami lakukan atau memang ada perhitungan lain yang memang dipergunakan untuk menentukan 1 Syawal," kata Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Nusa Tenggara Barat Sulaiman Hamid di Mataram, Senin.
Menurut dia, pemerintah berkepentingan memberikan pembinaan kepada seluruh umat muslim, termasuk jemaah Qadariyah Naqsabandiyah yang berlebaran lebih awal.
Namun, harus diketahui dulu dasar perhitungannya, sehingga hasilnya bisa menjadi dasar melakukan pembinaan.
Sulaiman juga mengatakan, jumlah jamaah Qadariyah Naqsabandiyah di NTB mencapai ribuan orang dan paling banyak berada di Kabupaten Lombok Timur, selain di Kota Mataram.
"Tapi kami tidak bisa menunjuk bahwa yang merayakan Lebaran hari ini hasil perhitungan Naqsabandiyah saja, bisa juga dari organisasi lain," ujarnya.
Jemaah Qadariyah Naqsabandiyah di Lingkungan Kebon Lauk, Kelurahan Pagutan, Kota Mataram, menggelar Salat Ied pada Senin (4/7).
Sebagian penduduk Kebon Lauk merupakan jemaah ahli suluk tarekat Qadariyah wan Naqsabandiyah.
Jemaah ini tidak menggunakan sistem perhitungan atau rukyat dengan melihat kemunculan bulan dalam menentukan 1 Syawal.
Selain di lingkungan Kebon Lauk, jemaah Qadariyah Naqsabandiyah juga menggelar Salat Ied di Masjid Nurul Arifin Lingkungan Presak Barat dan Petemon, Kelurahan Pagutan Timur, Kota Mataram.
Selain itu, Desa Tempit, Bajur, Karang Bayan, dan Terong Tawah, Kecamatan Labuapi, serta Kecamatan Narmada, Lombok Barat. (*)
Lebaran 2016 - Kemenag NTB dalami dasar Lebaran Naqsabandiyah
"Nanti kami coba lakukan pendekatan, apakah mereka berhitung berdasarkan hisab kontemporer atau ada perhitungan lain yang dipergunakan untuk menentukan 1 Syawal"