11 perusahaan asal Sumut melantai di BEI

id ojk sumatera utara,otoritas jasa keuangan,ipo perusahaan sumut,saham perusahaan sumut,kepemilikan saham sumut,yoy,BPS,BI

11 perusahaan asal Sumut melantai di BEI

Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara. (ANTARA/HO-Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara).

Karo (ANTARA) - Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumatera Utara menyatakan, sampai Kamis sudah 11 perusahaan asal Sumut yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Tadi pagi baru saja bertambah satu sehingga jumlahnya kini 11 perusahaan," kata Deputi Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan 2 Kantor OJK Provinsi Sumatera Utara Anton Purba dalam temu media di Kabupaten Karo Sumatera Utara, Kamis.

Anton menjelaskan, perusahaan Sumut terkini yang melakukan penawaran saham perdana (IPO) adalah produsen sarung tangan lateks dengan harga saham Rp170 per lembar. Menurut dia, ketika baru saja IPO pada Kamis pagi, perusahaan tersebut sudah mendapatkan dana Rp215 miliar.

"Ini cukup menggembirakan karena ternyata banyak perusahaan di luar Pulau Jawa, khususnya di Sumut, berpotensi IPO," kata Anton.

Dia melanjutkan, sejatinya, ada beberapa perusahaan lain asal Sumut yang sudah bersiap untuk melakukan IPO. Akan tetapi, mereka menunda atau membatalkannya dengan beberapa pertimbangan. Meski begitu, Anton yakin situasi tersebut merupakan kondisi yang positif.

"Munculnya perusahaan-perusahaan yang IPO memperlihatkan baiknya pertumbuhan ekonomi Sumut," katanya.

Seiring dengan bertambahnya perusahaan Sumut yang IPO, OJK Sumut juga mengungkapkan semakin bagusnya iklim investasi di provinsi tersebut. Pada Oktober 2023, jumlah rekening investor pasar modal Sumut mencapai 546.319, naik 19,21 persen secara "year on year" (yoy).

Dari total tersebut, 512.975 merupakan pemilik rekening reksadana (naik 20,34 persen yoy), 238.511 saham (naik 17,20 persen yoy), dan 50.664 surat berharga negara (naik 19,16 persen yoy).

Pada Oktober 2023, jumlah pemilik saham individu di Sumut tumbuh 19,06 persen (yoy) menjadi senilai Rp17,22 triliun. Sementara kepemilikan saham oleh institusi Rp2,89 triliun atau turun 82,93 persen karena beberapa perusahaan melepas kepemilikan saham mereka.

Baca juga: Bali meraih penghargaan dari BPS lewat dua kegiatan statistik
Baca juga: Jumlah petani milenial di NTB mencapai 225.483 orang


OJK mencatat pula jumlah transaksi saham pada Oktober 2023 mencapai 9,26 triliun. Adapun rata-rata transaksi bulanan pada periode Januari-Oktober 2023 adalah Rp7,76 triliun.

Nilai tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2020-2022, tetapi lebih tinggi bila disandingkan dengan rata-rata transaksi bulanan sebelum pandemi COVID-19 seperti Rp5,14 triliun pada tahun 2018, dan Rp5,31 triliun pada 2019.