Mataram, 11/6 (ANTARA) - Gunung Sangeang Api (1.842 meter diatas permbukaan laut) di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), hingga kini masih berstatus waspada (level II).
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi NTB, Ir. Heryadi Rachmat, di dampingi Kepala Seksi Mitigasi Bencana, Kun Dwi Santoso, di Mataram, Kamis, mengatakan, dari pantauan visual masih tampak hembusan asap putih dengan ketinggian maksimum sekitar 25 meter dari puncak gunung tersebut.
Gunung Sangeang Api sejak 4 Juni 2009 menunjukkan peningkatan kegiatan yang diindikasikan dengan peningkatan jumlah gempa vulkanik, gempa hembusan dan gempa tremor menerus.
"Karena itu, berdasarkan analisis hasil pemantauan, maka sejak tanggal 4 Juni 2009 pukul 19.00 Wita, Gunung Sangeang Api dinaikkan dari normal menjadi waspada," katanya.
Menurut data, aktivitas Gunung Sangeang Api pada tanggal 3 Juni 2009 terekam ada 11 kali kejadian gempa hembusan, gempa tremor vulkanik secara menerus dengan amplitudo maksimum 6 mm, tujuh kali kejadian gempa vulkanik dalam (VA), tiga kali kejadian gempa tektonik jauh (TJ), sembilan kali kejadian gempa tektonik lokal (TL) .
Sementara pada 1 - 2 Juni 2009 terjadi 43 kali gempa hembusan dengan rata rata 21 kali kejadian per hari, gempa tremor vulkanik secara menerus dengan amplitudo maksimum 5 mm, lima kali kejadian gempa vulkanik dalam (VA) dengan rata rata dua kali kejadian per hari.
Kejadian gempa vulkanik dangkal (VB) lima kali dengan rata rata satu kali kejadian per hari, 13 kali kejadian gempa tektonik jauh (TJ) dengan rata rata enam kali kejadian per hari, 16 kali kejadian gempa tektonik lokal (TL) dengan rata rata delapan kali kejadian per hari, terekam satu kali kejadian gempa terasa dengan 1 Modified Merchally Intencity (MMI).
Gempa hembusan dengan rata rata 13 kali kejadian per hari, gempa tremor vulkanik secara menerus dengan amplitudo maksimum 7 mm, 58 kali kejadian gempa vulkanik Dalam (VA) dengan rata rata 4 kali kejadian perhari.
Sementara itu, gempa vulkanik dangkal (VB) terjadi dua kali dengan rata rata dua kali kejadian per hari, 54 kali kejadian gempa tektonik jauh (TJ) dengan rata rata 4 kali kejadian per hari, 57 kali kejadian gempa tektonik lokal (TL) dengan rata rata 4 kali kejadian per hari.
"Karena itu kami rekomendasikan bahwa Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi NTB (Badan Daerah Penanggulangan Bencana Daerah (BDPB) serta Pemerintah Kabupaten Bima (Satlak PB) ," kata Heryadi.
Dengan status Gunung Sangeang Api seperti itu ia mengimbau masyarakat selalu mengikuti arahan dari Badan Daerah Penanggulangan Bencana Daerah (BDPB) dan Satlak PB.
Pemerintah Daerah, katanya, senantiasa juga berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Sangean Api yang terletak di wilayah Sangeang Darat, Kecamatan Wera atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.
Menurut sejarah letusan Gunung Sangeang Api, erupsi terakhir terjadi pada tahun 1997 - 1999. Sifat erupsinya adalah eksplosif dan ada juga kombinasi eksplosif dengan efusif yang dicirikan oleh pembentukan kubah lava, guguran lava pijar dan leleran lava, seperti erupsi tahun 1911, 1953, 1964, 1985-1987 dan 1997.
Saat kejadian erupsi tahun 1985, seluruh penduduk dievakuasi ke wilayah Sangeang Darat di Kecamatan Wera. Letusan tahun 1985 diikuti awan panas, letusan abu , dan aliran lava, waktu tempuh Sangeang Darat ke lokasi Gunung Sangeang Api sekitar satu jam menggunakan perahu motor. (*)