Sugeng tindak Bu Sri, Berpulang dalam senyap di kala Surabaya tak pernah tertidur lelap

id sugeng tindak,bus sri,kecelakaan,surabaya,surabaya tak pernah tidur,kecelakaan surabaya Oleh Herlina Harsono Njoto *)

Sugeng tindak Bu Sri, Berpulang dalam senyap di kala Surabaya tak pernah tertidur lelap

Sugeng tindak Bu Sri (ANTARA/HO-Herlina)

Surabaya (ANTARA) - Jumat (1/11/2024), terjadi dua kecelakaan, yaitu di Jalan Kedungdoro dan Jalan Gubernur Suryo Kota Surabaya. Kecelakaan di Jalan Kedungdoro melibatkan mobil Innova yang menabrak warung, hingga menyebabkan dua orang pengunjung tewas.

Sedangkan di Jalan Gubernur Suryo, kecelakaan melibatkan mobil Fortuner menabrak motor, pagar pembatas hingga tiang Penerangan Jalan Umum (PJU). Beruntung tidak ada korban jiwa di lokasi.

Menurut informasi berbagai sumber dua mobil yang terlibat kecelakaan itu, pengemudinya dalam pengaruh minuman beralkohol.

Sebagai kota metropolitan, Surabaya memang menyajikan banyak hal. Mulai wisata kuliner, wisata religi, pusat perbelanjaan, wisata kota lama, bahkan hiburan dunia malam. Dunia kerja, kuliner, maupun hiburan di kota ini tak pernah berhenti berputar. Surabaya yang 24 jam selalu terjaga, tak pernah lelap.

Adalah Bu Sri dan suaminya Pak Sugiono, Jumat dini hari (1/11/24) hendak membeli jajanan kue2 untuk putrinya yang hari itu akan terima raport. Bu Sri mampir ke warung di sekitaran Kedungdoro untuk menyeruput teh kopi hangat. Sebuah Toyota Innova reborn plat W 1168 CQ berwarna putih melaju kencang dan menabrak warung tempat Bu Sri dan Pak Sugiono singgah untuk menikmati hidangan. Dini hari itu, Bu Sri dan Pak Sugiono meninggal dunia di lokasi dan langsung dievakuasi ke RSUD Dr.Soetomo Surabaya.

Saya secara pribadi mengenal sosok Bu Sri dan merasa sedih kehilangan. Dulu saya mengenal Bu Sri sebagai tenaga cleaning service, mulai dari kebersihan rumah sampai vacuum spring bed. Tiga tahun lalu dan sampai beberapa waktu yang lalu, beberapa kali almarhumah datang ke rumah saya melakukan pekerjaan sebagai cleaning service.

Bu Sri adalah sosok yang pendiam dan tidak pernah mengeluh, selalu tuntas dalam mengerjakan tugasnya. Bu Sri juga punya pekerjaan sampingan, beliau kerap kali berjualan jajanan untuk takjil di masjid tiap Senin Kamis bagi orang yang perlu memesan dan dikirim ke masjid-masjid. Bu Sri yang penyabar dan tekun bekerja, Bu Sri dan suaminya meninggal dunia dini hari di awal November.

Jumat (1/11) awal November, alangkah berbedanya kehidupan orang-orang dini hari itu, ada yang pulang berpesta dalam kondisi mabuk, ada pula yang sibuk mempersiapkan urusan keluarga, urusan dapur, bahkan mencari nafkah sejak dini hari.

Pagi itu di meja makan, saya mendapat kabar dari suami saya, Bu Sri meninggal dunia kecelakaan. Saya bertanya2 kok bisa? Kecelakaan dimana? Kapan itu? Kenapa kok kecelakaan?
Suami saya berkata, “sabar toh, kalau kamu tanya kaya gitu gimana aku jawabnya…”

Setelah mendapat jawaban, saya langsung searching berita tentang kecelakaan di Kedungdoro. Dan saya pun terdiam sibuk membaca berita kecelakaan.

Saya yang sedih kehilangan, berandai2….

Andai Bu Sri hidup seperti dalam drama2 Korea Selatan, kala orang2 yang menikmati minuman beralkohol memabukkan memiliki kesadaran diri atau diingatkan oleh petugas di klub-klub malam untuk tidak mengemudi sepulangnya. Dalam drakor (drama Korea) digambarkan orang yang minum minuman beralkohol, memanggil sopir panggilan untuk mengemudikan mobilnya ketika hendak pulang, mereka tidak menyetir sendiri.

Saya membayangkan juga andai Bu Sri hidup seperti dalam film2 Hollywood, kala mobil terpantau oleh aparat berwajib melalui CCTV kota, lalu terlaporkan dan mobil yang berjalan zig zag atau melampaui kecepatan wajar, dikejar-kejar oleh mobil sirene aparat berwajib dan dihentikan, mungkin mobil itu tidak sampai menabrak warung tempat Bu Sri makan. Mungkin Bu Sri, mungkin, mungkin ……

Saya pun tersadar, Bu Sri bukan hidup seperti dalam Drakor maupun film Hollywood. Bu Sri tinggal di Surabaya dan sedang makan di warung di jalan Kedungdoro ketika ajal tiba.

Bu Sri dan Pak Sugiono, meninggalkan tiga orang anak.

Anak sulungnya kuliah semester 8 dan saat ini sedang cuti kuliah, seorang putri yang bersekolah kelas 9 SMP, dan putra bungsunya yang baru kelas 7 SMP.
Masa depan yang masih amat panjang bagi putra putri Bu Sri yang sekarang tiba2 menjadi yatim piatu.

Hidup mati memang takdir, tapi saya pun masih bertanya2. Berapa banyak alkohol yang diminum pengemudi mobil itu, apakah tidak ada yang mencegahnya mengendarai mobil? Apakah malam itu tempat dia berpesta hingga mabuk hanya menjual kesenangan saja tanpa memikirkan dampak konsumennya mabuk dan bisa merugikan orang banyak?


Saya juga bertanya2….

Apa dini hari itu CCTV kota dan semua petugas masih beristirahat dan tidak ada yang mendeteksi bahwa ada mobil2 yang dikendarai ugal2an dan tidak terkendali?
Kesedihan ini memang membuat saya bertanya2 dan protes dalam hati ……

“Raport saya nilainya bagus….” tutur putri Bu Sri dan Pak Sugiono dengan raut wajahnya yang tegar.
“Bapak Ibu mu pasti bangga dengan kalian bertiga nak…” jawab saya yang terharu.
Selamat berjuang anak2.

Sugeng tindak Bu Sri….
Sugeng tindak Pak Sugiono.
Kami merasa sedih dan kehilangan.
Semoga kedepan tidak ada lagi kesenangan semu yang menghilangkan nyawa orang lain, menciptakan yatim piatu.
Semoga kedepan Surabaya bisa seperti dalam Drakor maupun film Hollywood……


*) Penulis adalah anggota DPRD Surabaya dari Partai Demokrat