Menyikapi episode kehidupan: Refleksi bijak menjalani masa pensiun

id episode kehidupan,refleksi bijak,menjalani masa pensiun Oleh Machsus *)

Menyikapi episode kehidupan: Refleksi bijak menjalani masa pensiun

Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sarana Prasarana, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Machsus (ANTARA/HO-Dok. Machsus)

Surabaya (ANTARA) - Akankah kita termasuk orang-orang yang bisa menyikapi episode apapun dalam hidup ini dengan sikap yang tepat? Karena hidup ini sejatinya hanyalah perjalanan dari satu episode ke episode lain, sebuah rangkaian cerita yang tak pernah usai hingga akhir hayat. Episode kehidupan kita dimulai dari kandungan, masa kanak-kanak, hingga dewasa dengan bekerja dan berkeluarga, setiap babak memiliki hikmah. 

Setiap orang berkesempatan memasuki babak masa persiapan kemerdekaan, yaitu masa pensiun. Masa yang amat indah, masa yang penuh keberkahan. Kita punya waktu yang lapang untuk bisa mengevaluasi perjalanan hidup kita. Kita punya waktu yang cukup untuk bisa memperbaiki apa yang salah, melengkapi apa yang kurang, sehingga babak akhir dalam hidup kita ini adalah kesuksesan. 

Kesuksesan sejati adalah husnul khotimah, akhir hayat yang baik. Namun banyak orang yang salah menyikapi masa pensiun ini. Tidak jarang ada yang terjebak di dalam dramatisasi pikiran dengan memikirkan hal yang tidak perlu, dan dihantui bayang-bayang kekhawatiran yang berlebihan, sehingga akhirnya hanya menyengsarakan diri. 

Padahal pensiun hanya sebuah episode, sama seperti dari TK ke SD, dari SD ke SMP, sama hanya perpindahan episode yang biasa saja. Tapi sikap kitalah yang menentukan apakah episode ini membawa berkah atau sebaliknya menjadi fitnah dan musibah. 

Oleh karena itu, semuanya ini tergantung dari cara dan sudut pandang kita. Kalau kita melihat pensiun sebagai karunia, tentunya akan menjadi masa yang sangat berkah untuk kita bisa mengevaluasi, memperbaiki, dan menyiapkan babak akhir hidup kita dengan sebaik-baiknya, sehingga kita pasti bersyukur. Karena dalam masa pensiun kita sudah tidak banyak terikat dengan kantor yang rutin, yang selama berpuluh tahun kita hidup, banyak kita melakukan hal-hal yang tidak wajib kita lakukan, bahkan mungkin yang haram karena terikat oleh situasi. Berikut adalah beberapa cara menyikapi masa pensiun dengan bijak:

1. Siap dengan Takdir. Hidup ini tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tugas kita hanyalah meluruskan niat, menyempurnakan ikhtiar, dan bertawakkal kepada Allah. Apapun hasilnya, jika kita sudah menjalani tiga hal tersebut, maka itulah yang terbaik menurut Allah. Tidak penting keinginan kita terwujud, yang penting adalah yang terbaik menurut-Nya. 

Contohnya, kita semua tentu ingin sehat, tapi kalau semua manusia ditakdirkan sehat tentu akan bermasalah. Profesi dokter, apoteker, perawat, klinik, rumah sakit, apotik, toko obat, pabrik obat dan infrastrukturnya pasti akan menjadi masalah besar. Sejatinya sehat dan sakit itu sama saja, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Tepat menyikapi sehat akan berkah, tepat menyikapi sakit juga berkah. Jadi kita harus sangat siap dengan takdir Allah, yang cocok dengan keinginan maupun yang tidak cocok dengan keinginan kita. Karena tugas kita bukan mengatur Allah.

2. Ridho dengan Kenyataan. Kalau sudah terjadi terima, ridho. Penderitaan sering kali bukan berasal dari kenyataan, tetapi dari ketidakmauan untuk menerima kenyataan. Semua takdir telah diukur sesuai kemampuan kita. Jika kita ridho dan menerima, beban hidup akan terasa ringan. Sebaliknya, jika tidak mau menerima, hidup akan terasa berat, meskipun kenyataannya tetap sama. Siapapun harus menghadapi pensiun. Kalau sudah terjadi maka kita nikmati, sambil kita cari hal apapun yang membuat masa pensiun kita menjadi masa yang paling indah.

3. Jangan Mempersulit Diri Sendiri. Islam itu hadir bukan untuk mempersulit, sehingga kita tak perlu mempersulit diri. Islam itu mudah dan sesuai fitrah manusia. Dalam QS Al Baqarah 2; 286, Laa yukallifu allaahu nafsan illaa wus’ahaa. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya. Bukankah sudah sering kita tegang, cemas, dan begitu gawat sepertinya apa yang akan kita hadapi. Tetapi sesudah kita lewati, ternyata biasa saja. Tidak segawat, yang kita duga sebelumnya. Makanya kendalikan diri jangan segala dikarang, ada Allah. Segala sesuatu pasti telah diatur dengan tepat. Jalani dengan sebaik-baiknya, hadapi dengan penuh kesabaran, resapi maknanya, dan nikmati setiap episode kehidupan ini dengan tetap berada di jalan Allah.  

4. Evaluasi dan Perbaiki Diri. Masa pensiun adalah waktu yang tepat untuk merenungkan hidup, menemukan kesalahan, dan memperbaikinya. Taubat adalah kunci ketenangan hati dan keberkahan hidup. Orang yang jujur mengakui kesalahan dan berusaha memperbaiki diri akan mendapatkan jalan keluar dan pertolongan dari Allah. Kita bisa tafakkur, buka lembaran-lembaran hidup yang salah, yang kurang kita mohon ampun kepada Allah, minta maaf kepada orang dan kita perbaiki. Maka sibuklah dengan memperbaiki diri insyaallah semua akan menjadi lebih baik.

5. Kembalikan semuanya kepada Allah. Cukuplah Allah sebagai penolong kita. Segala sesuatu – baik nikmat maupun musibah – terjadi atas izin-Nya. Dekati Allah, pencipta dan pemilik segalanya. Dalam Surat At-Thalaq ayat 2-3, yang dikenal dengan ayat seribu dinar. Waman Yattaqillaaha Yaj’allahu Makhrajan; Wayarzuqhu Min Haytsu Laa Yahtasib, makin dekat kepada Allah pasti ada jalan. Jalan dibuka, baik yang terpikir maupun yang tidak terpikir. Waman Yatawakkal’alaallahi, Yang hatinya pasrah sambil menyempurnakan ikhtiar, Fahuwa Hasbuhu, pasti Allah cukupi. Allah tahu keperluan kita lebih tahu daripada kita sendiri, karena Dialah Allah yang menciptakan kita memiliki keperluan. Dan Dialah Allah pemilik segala keperluan kita. 

Menjadikan Masa Pensiun Berkah

Masa pensiun bukanlah akhir, melainkan awal baru untuk menjalani hidup lebih bermakna. Waktu ini adalah hadiah dari Allah untuk memperbaiki yang belum sempurna, mendekatkan diri kepada-Nya, dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, serta sesama. Dalam sabda Rasulullah, Khoirunnas anfauhum linnas—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, masa ini menjadi peluang sempurna untuk mengamalkan nilai tersebut.

Dengan keleluasaan waktu, masa pensiun adalah kesempatan untuk bersyukur atas nikmat yang telah diterima, memperbaiki diri, dan mempersiapkan bekal terbaik menuju akhirat. Setiap hari dapat menjadi ladang pahala, baik melalui membantu sesama, mendoakan keluarga, atau menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Semua ini adalah bagian dari hikmah yang Allah karuniakan dalam setiap fase kehidupan.

Selamat memulai babak baru ini, sebuah episode yang penuh dengan keberkahan, kemuliaan, dan rahmat dari Allah. Jadikan setiap detik masa pensiun sebagai wujud rasa syukur dan pengabdian kepada Allah. Dengan demikian, masa ini tidak hanya membawa kebahagiaan di dunia, tetapi juga menjadi jalan menuju kebahagiaan abadi di akhirat.


*) Penulis adalah Wakil Rektor II Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Sarana Prasarana,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya