OJK NTB optimis industri perbankan tumbuh positif

id ojk ntb,ojk,industri perbankan,perbankan ntb

OJK NTB optimis industri perbankan tumbuh positif

Ilustrasi OJK. (Foto Antaranews/Ist)

Prospek industri perbankan di NTB masih bagus pada 2019, khususnya penyaluran kredit diperkirakan tumbuh di kisaran 17-20 persen
Mataram, (Antaranews NTB) - Otoritas Jasa Keuangan Nusa Tenggara Barat optimis industri perbankan di wilayah kerjanya tetap tumbuh positif pada 2019 melanjutkan trend bagus tahun sebelumnya meskipun NTB dalam masa pemulihan setelah gempa dan tahun politik.

"Prospek industri perbankan di NTB masih bagus pada 2019, khususnya penyaluran kredit diperkirakan tumbuh di kisaran 17-20 persen," kata Kepala OJK NTB Farid Faletehan, di Mataram, Selasa.

Pada 2018, kata dia, industri perbankan tumbuh positif. Hal itu terlihat dari indikator nilai aset sebesar Rp47,75 triliun per November 2018 atau tumbuh sebesar 13,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp41,96 triliun.

Selain itu, dana pihak ketiga mencapai Rp30,01 triliun per November 2018 atau tumbuh sebesar 12,52 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,67 triliun.

Indikator lainnya adalah total penyaluran kredit sebesar Rp39,35 triliun atau tumbuh sebesar 17,88 persen dibandingkan per November 2017 senilai Rp33,38 triliun.

Pertumbuhan penyaluran kredit perbankan di NTB juga di atas nasional sebesar 12,89 persen.

Farid menambahkan peningkatan penyaluran kredit perbankan juga diikuti dengan perbaikan kualitas penyaluran dana pinjaman. Hal itu dibuktikan dengan persentase kredit bermasalah (NPL) sebesar 1,89 persen atau lebih rendah dibandingkan per November 2017 sebesar 1,98 persen.

"Melihat indikator-indikator tersebut, kondisi industri perbankan di NTB relatif bagus dibandingkan rata-rata nasional," ujarnya.

Menurut dia, pertumbuhan industri perbankan, khususnya dari sisi penyaluran kredit masih dominan ditopang oleh sektor konsumtif, perdagangan besar dan eceran, pertanian, perikanan dan kehutanan, serta sektor konstruksi, dan pertambangan.

Pada 2018, kata Farid, empat sektor penopang pertumbuhan industri perbankan (di luar tambang), sempat terpengaruh pascagempa bumi berkekuatan 6-7 Skala Richter yang terjadi pada Juli-Agustus 2018.

Namun, semua sektor tersebut sudah mulai bergerak dan diharapkan akan bangkit pada 2019, terutama sektor konstruksi yang didanai perbankan.

"Pada 2019, sektor non-pertambangan masih menjadi tumpuan bagi industri perbankan," katanya.