Menemu orientasi hidup sejati

id menemu, orientasi hidup sejati,tarekat,Zubaeri Oleh Zubaeri *)

Menemu orientasi hidup sejati

Pengamal Tarekat, Zubaeri (ANTARA/HO-DokZubaeri)

Probolinggo (ANTARA) - Dalam sebuah majelis yang diikuti berbagai latar belakang, ada guru, penjual kopi, pedagang beras, dosen dan ada juga mantan dunia malam.

Sang sufi, setelah mendendangkan sama' sufi (konser sufi), semua murid terlihat begitu sumringah. Ceria dan bahagia.

Hidup sang murid serasa, meneguk air segar yang dicari seharian karena kehausan.

Setelah sang sufi, membuka majelis dan bertawasul ke sidi kanjeng Nabi.

Sang sufi menjelaskan berbagai hal terkait kandungan Al-Quran, hadis nabi dan bagaimana mencintai para wali.

Setelah selesai, ada salah satu murid bertanya, "guru..., bagaimana menemukan orientasi hidup yang sejati?"
Tanpa pikir panjang sang sufi, menjelaskan. "Orientasi hidup manusia secara umum ada tiga, pertama, orientasi hidupnya untuk dunia, mengumpulkan harta benda dan semua pikiran dan tenaga diarahkan ke soal duniawi.

Kedua, orang yang orientasi hidupnya untuk akhirat. Ia hidup dengan taat dan patuh pada agama, melakukan sunah rasul, dan pikiran, hati dan tenaganya di curahkan untuk akhirat. Gak punya harta, tidak apa-apa. Yang penting nanti di akhirat bahagia.

Ketiga, ini bagi orang yang istimewa, orientasi hidupnya dihamba-abdikan untuk tuhan. Hati, pikiran dan tenaga ia pakai untuk bagaimana mendapatkan cinta dan ridha Tuhan.

Hidupnya tetap mencari dunia, sebagaimana umumnya orang. Ia tetap beribadah sesuai kemampuannya. Tapi hatinya, tetap berdzikir, bertawajuh (merasa berhadap-hadapan) dan bertaqorrub (berusaha mendekat) kepada Tuhannya".

Setelah menjelaskan, ada salah satu murid bertanya, sebut saja, namanya Muhammad. "Bagaimana agar bisa memiliki orientasi ketiga tersebut guru, sedang saya tidak memiliki ilmu agama yang tinggi. Saya selalu mengulang-ulang kesalahan yang sama. Meski setelah itu bertaubat. Kira-kira saya bisa memilih orientasi ketiga tersebut guru?"

Sambil menghisap rokok, sang sufi menjelaskan. "Bisa saja. Tapi ada beberapa syarat yang harus kamu lakukan. Pertama, kamu harus memiliki guru Ruhani (baca; Mursyid). Kedua, kamu harus menjalankan semua perintah gurumu. Hingga gurumu mencintaimu. Ketiga, yang terpenting, kamu harus bisa menjadi gurumu, semua perbuatan, sifat dan hatimu harus kamu nisbatkan (seolah-olah perbuatan) gurumu, bukan kamu. Hingga dirimu, tiada. Yang ada hanyalah, perbuatan, sifat dan hukum gurumu yang berlaku dalam dirimu.

"Tak bisa kamu melakukan itu semua, bila tidak bertarikat, dzikir dan suluk. Meniti jalan sufi" tambah sang sufi.

"Ada doa yang terkenal, begini berbunyinya; wahai Tuhanku engkaulah tujuanku, dan hanya ridhamu yang aku cari. Berilah rasa mahabbah (cinta) dan berilah aku pengetahuan makrifatmu" tegas guru.

Sang murid, tertegun dan merasa baru menyadari akan orientasi hidup sejati. "Ya Robb.., mudah-mudahan aku dimudahkan jalan menuju orientasi ke Allah dan hanya kepada Allah"ucapnya dalam hati.

Karena jam sudah menunjukkan jam setengah satu malam. Majelis pun di sudah dengan melantunkan nasyid sufi.

Majelis pun terasa segar kembali. Sembari ada barokahan (makan-makan) sudah datang.

*) Penulis adalah Pengamal Tarekat tinggal di Tongas, Probolinggo