60 tahun RI-Chili momen pererat hubungan kedua negara

id Chili,60 tahun Indonesia-Chili,Mario Ignacio Artaza,kerja sama berbagai bidang,hubungan diplomatik

60 tahun RI-Chili momen pererat hubungan kedua negara

Duta Besar Chili untuk Indonesia Mario Ignacio Artaza memperlihatkan buku "Membayangkan Indonesia dari Chili" dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Jumat (13/6/2025). (ANTARA/Cindy Frishanti)

Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Chili untuk Indonesia Mario Ignacio Artaza, menilai bahwa peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Chili merupakan momen penting untuk mempererat hubungan kedua negara di berbagai bidang.

“Kami yakin bahwa saat ini kita berada dalam masa penuh ketidakpastian, yang mengharuskan negara-negara seperti Chili dan Indonesia untuk bersatu dan bekerja sama di sebanyak mungkin bidang kerja sama,” kata Dubes Artaza dalam wawancara khusus dengan ANTARA di Jakarta, Jumat (13/6).

Lebih lanjut, Dubes Artaza menyampaikan bahwa Indonesia dan Chili telah melaksanakan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif (IC-CEPA) sejak 2019, dan dalam waktu dekat akan menyelesaikan proses IC-CEPA untuk sektor jasa.

Setelah itu, ujarnya, Indonesia dan Chili akan memulai perundingan mengenai kerja sama di bidang investasi dan pertanian. Ia menambahkan bahwa pada akhir tahun ini setidaknya 11 produk pertanian asal Chili akan mulai dipasarkan di Indonesia, seperti blueberry, lemon, kenari, hingga ceri.

Tak hanya itu, Dubes Artaza juga menyoroti keinginan Chili untuk memperkuat kerja sama dengan Indonesia di bidang pengelolaan air, khususnya dalam konteks perubahan iklim, terutama terkait isu kekeringan dan sumber daya air.

Ia mencontohkan, “Kota Valdivia di Chili diakui sebagai kota lahan basah di Amerika Latin, dan kami berupaya menciptakan lebih banyak hubungan antara Valdivia dan Surabaya, yang juga dikenal sebagai kota lahan basah.”

Baca juga: Chili harap Indonesia mendukung kota Valparaiso jadi Sekretariat Perjanjian BBNJ

Diketahui bahwa Valdivia memiliki 77 lahan basah perkotaan dan 10 lahan basah pinggiran kota yang memainkan peran penting dalam mengurangi dan memitigasi dampak perubahan iklim dan adaptasi terhadap lingkungan yang terus berubah.

Lahan basah di Valdivia tidak hanya mampu menahan dampak hujan lebat dan banjir, tetapi juga menyerap karbon, yang sangat penting dalam upaya mitigasi perubahan iklim.

Selain itu, area lahan basah kota sangat penting bagi keanekaragaman hayati dan memiliki nilai ekologis tinggi karena menjadi habitat bagi berbagai spesies burung endemik dan burung migran.

Dubes Artaza juga menyampaikan bahwa saat ini pihaknya tengah berupaya keras membangun hubungan antara Jakarta dan Santiago, agar ke depan dapat terwujud skema kota kembar antara kedua kota tersebut.

Mengenai hubungan antar-masyarakat dan budaya, Dubes Artaza menjelaskan bahwa pihaknya telah menerbitkan sebuah buku berbahasa Indonesia berjudul "Kemarin" karya Juan Emar, yang menggambarkan pengalaman mengenal Chili dalam jumlah halaman yang ringkas.

Baca juga: Chiki Fawzi merilis lagu kolaborasi dengan Vira Talisa dan Meda Kawu

Ia juga menyebutkan bahwa Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Santiago telah menerbitkan buku berjudul "Membayangkan Indonesia dari Chili", yang berisi kumpulan surat dari 50 anak muda Chili yang menyampaikan pandangan mereka tentang Indonesia serta usulan membangun hubungan yang lebih erat.

Sebagai bagian dari diplomasi budaya, Dubes Artaza menambahkan bahwa Chili akan berpartisipasi dalam Latin America Film Festival pada 19 Juni mendatang dan akan menayangkan film Chili khusus untuk pelajar Indonesia. Ia menekankan keinginan untuk menjangkau generasi muda Indonesia melalui sastra, film, dan seni.

Dalam bidang pendidikan, Dubes Artaza mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi RI, Stela Christie, guna mengidentifikasi bidang kerja sama potensial yang dapat mendorong interaksi lebih erat antara profesor, universitas, dan peneliti kedua negara.

Menurut Dubes, kerja sama Indonesia dan Chili dapat dimulai dari dua hal, yaitu astronomi dan studi tentang Antartika. Ia menekankan bahwa saat ini 70 persen waktu pengamatan astronomi dunia dilakukan melalui observatorium di Chili.

“Jadi, kami ingin astronom dari Indonesia datang ke Chili,” ujarnya.

Selanjutnya, mengenai kerja sama dalam hal Antartika, Dubes Artaza menilai bahwa apa yang terjadi di kawasan itu, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun perdamaian, merupakan isu penting yang layak dikaji bersama oleh Indonesia dan Chili.

Pewarta :
Editor: I Komang Suparta
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.