Mataram (ANTARA) - Institut Agama Hindu Negeri (IAHN) Gde Pudja Mataram bersama Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Nusa Tenggara Barat (NTB) menggelar aksi bersih-bersih di sejumlah pura yang terdampak banjir di Kota Mataram, Selasa (8/7), sebagai bentuk pengabdian tridharma perguruan tinggi dan kepedulian keumatan.
Kegiatan ini turut melibatkan sivitas akademika, para pinandita, serta umat Hindu setempat dalam upaya memulihkan kebersihan dan kesucian tempat ibadah pascabencana banjir yang melanda kota tersebut pada Minggu (6/7).
Sejumlah pura yang terdampak dan menjadi lokasi kegiatan antara lain Pura Cempaka, Pura Nirmala, Setre Sindu, dan Pura Padmasara Sindu. Genangan air dan endapan lumpur masih terlihat di beberapa sudut pura.
"Kegiatan ini bukan hanya soal membersihkan secara fisik, tetapi juga membangun kembali kesadaran kolektif umat Hindu terhadap nilai-nilai dharma, sevanam, dan tri hita karana," kata Rektor IAHN Gde Pudja Mataram, Prof. Dr. Ir. I Wayan Wirata, A.Ma., S.E., M.Si., M.Pd., di Mataram, Selasa.
Baca juga: Peduli sesama, PKK Mataram galang donasi untuk korban banjir
Menurut dia, aksi bersih-bersih pura pascabencana merupakan bagian dari praktik spiritual yang menyentuh dimensi lahir dan batin. Selain itu, kegiatan ini juga dimaknai sebagai ritual kolektif untuk mempererat solidaritas umat Hindu di tengah situasi pemulihan pascabencana.
Selain aspek spiritual, kegiatan tersebut juga menjadi refleksi atas pentingnya kesadaran ekologis di tengah meningkatnya bencana hidrometeorologi akibat perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.
Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M) IAHN Gde Pudja Mataram, I Nengah Putra Kariana, S.Pd.H., M.I.Kom., menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari gerakan kolektif menuju keberlanjutan pengabdian masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan dan lingkungan hidup.
“Kami berharap kegiatan ini menjadi awal gerakan bersama untuk menjaga kebersihan sungai, melestarikan lingkungan pura, dan terus menyalakan cahaya dharma dalam tindakan nyata, sekecil apa pun itu,” ujarnya.
Aksi bersih-bersih ini juga dinilai sebagai simbol kolaborasi antara spiritualitas, dunia akademik, dan kepedulian sosial. Di tengah lumpur dan puing-puing pascabanjir, kerja gotong royong ini menjadi bentuk harapan baru dalam membangun kembali harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.
Baca juga: Banjir Mataram, Pemprov NTB tetapkan status darurat bencana
Baca juga: DLH Mataram anggarkan Rp100 juta perbaikan tembok TPST jebol akibat banjir
Baca juga: Banjir Mataram terparah sejak 40 tahun terakhir, kata Gubernur NTB
