Mataram (ANTARA) - - Unjuk rasa menentang rancangan undang-undang tentang ekstradisi yang diikuti dengan tuntutan mundur Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor sejauh ini tidak berdampak secara signifikan terhadap keberadaan para tenaga kerja Indonesia.
Beberapa TKI yang dihubungi Antara dari Beijing mengaku masih bisa bekerja dengan nyaman, meski beberapa lokasi di Hong Kong sempat lumpuh akibat aksi massal tersebut.
"Tidak ada masalah. Saya masih bisa bekerja dengan baik tanpa gangguan apa pun," kata seorang pekerja migran perempuan asal Tulungagung, Jawa Timur, yang bekerja di Hong Kong sejak 1999.
Bahkan saat libur akhir pekan pun, dia juga bisa berkumpul bersama teman-teman sesama pekerja migran.
"Cuma bertemunya di Mongkok dan Shamshuipo," ujar pekerja migran perempuan asal Trenggalek, Jatim, yang biasanya bertemu dengan rekan-rekannya di Victoria Park itu.
Sebelumnya Konsulat Jenderal RI di Hong Kong telah mengeluarkan imbauan kepada semua warga negara Indonesia terkait aksi unjuk rasa yang berlangsung sejak sepekan yang lalu.
"Sedapatnya menghindari kawasan Causeway Bay, Admirality, dan Central yang menjadi pusat penumpukan massa," kata Pelaksana Konsul Jendera RI di Hong Kong Mandala S Purba dalam keterangan tertulis kepada Antara di Beijing, Rabu.
Ia juga meminta para WNI yang kebanyakan buruh migran itu mematuhi segala perintah dan arahan dari petugas penegak hukum Hong Kong dan tidak melanggar tata tertib serta aturan yang berlaku.
"Sedapatnya tidak keluar dari kediaman bila dirasakan tidak ada hal-hal yang mendesak," ujarnya mengingatkan.
Para WNI juga diimbau agar tetap tenang dan tidak berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat merugikan diri sendiri serta menghindari mengunggah berbagai materi di media sosial yang dapat membuat kegaduhan dan berakibat pada masalah hukum.
Imbauan tersebut juga diunggah di akun resmi Facebook KJRI Hong Kong sejak Jumat (14/6/2019).
Sebagian besar WNI memberikan komentar positif terkait imbauan KJRI Hong Kong tersebut. Namun ada sebagian WNI yang menyampaikan kesulitannya saat hendak mengakses jalan menuju KJRI untuk mengambil paspor baru atau menuju BNI dan Bank Mandiri yang ketiganya berlokasi di kawasan Causeway Bay.
Ada juga WNI yang saling mengingatkan agar tidak berpartisipasi dan mengaitkan unjuk rasa di Hong Kong tersebut dengan situasi politik di Indonesia.
"Good job, pak Konjen,, itulah yg harus ditindak tegas, krn byk org yg tak tahu diri/ikut"an campur.urusan negara orang,,pdhl itu sgt membahayakan diri sendiri,,,Terimaksih pak," tulis seorang warganet mengomentari imbauan KJRI.
Jumlah pekerja migran asal Indonesia di Hong Kong sampai saat ini diperkirakan mencapai angka 180.000 yang mayoritas kaum perempuan bekerja pada sektor informal.
Saat ini tuntutan para pengunjuk rasa berkembang dengan mendesak Carrie Lam mundur dari jabatannya, meskipun dia sudah mengumumkan penangguhan pembahasan RUU yang berpotensi pelaku kejahatan di bekas koloni Inggris itu diadili di China Daratan.
Situasi di Hong Kong saat ini berangsur normal, namun kemungkinan para pengunjuk rasa akan kembali turun ke jalan pada 1 Juli mendatang.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56