Jumlah Pasien DBD di RSUP NTB Meningkat

id DBD NTB

"Berdasarkan catatan kami dari Januari hingga Februari ada 19 orang pasien. Lima orang di antaranya masih dalam perawatan di RSUP NTB,"
Mataram (Antara NTB) - Direktur Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat dr Mawardi Hamri mengakui jumlah pasien penderita demam berdarah dangue (DBD) selama Januari hingga Februari ini meningkat.

"Berdasarkan catatan kami dari Januari hingga Februari ada 19 orang pasien. Lima orang di antaranya masih dalam perawatan di RSUP NTB," kata Mawardi di Mataram, Rabu.

Ia menuturkan, 19 orang pasien penderita DBD itu merupakan pasien rujukan dari sejumlah rumah sakit yang ada di Pulau Lombok, seperti RSUD kota Mataram, RSUD Lombok Barat, RSUD Lombok Tengah, dan RSUD Lombok Timur.

"Kalau dibandingkan tahun 2015 pada bulan yang sama jauh lebih sedikit hanya 10 pasien, tetapi sekarang jumlahnya lebih meningkat," katanya.

Menurut dia, meskipun jumlah pasien DBD cenderung meningkat, Mawardi menegaskan pihak rumah sakit sudah siap menghadapi segala kemungkinan yang terjadi, baik dari sisi tenaga dokter, perawat maupun ruang perawatan yang nantinya dapat digunakan jika terjadi lonjakan jumlah pasien.

"Bagi kami bukan soal ruangan atau seberapa banyak pasien DBD, tetapi yang paling utama itu adalah pelayanan kepada para pasien paling utama," jelasnya.

Karena itu, mantan Direktur RSUD Kabupaten Lombok Timur ini, menegaskan pihaknya sangat siap jika pasien DBD terus bertambah. Kendati demikian, ia juga tidak lupa mengingat agar masyarakat juga tetap waspada.

Apalagi masa peralihan musim dari kemarau ke hujan rentan dengan penyakit tidak hanya DBD, melainkan beberapa penyakit lain seperti diare, dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

"Meski tren penderita ketiga penyakit ini masih dalam batas normal namun kewaspadaan dini dan pencegahan dengan PHBS (pola hidup bersih dan sehat) harus tetap ditingkatkan," kata Mawardi.

Karena, kata dia, dengan upaya PHBS dapat menangkal penyakit tersebut. Berdasarkan data yang ada, 80 persen penyakit ISPA, diare dan DBD timbul karena kurangnya masyarakat menjaga kebersihan lingkungan.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTB Drg Eka Junaidi mengatakan jumlah penderita DBD di daerah itu di bulan Januari 2016 sudah mencapai 208 kasus. Bahkan, diperkirakan puncak kasus DBD ini terjadi di bulan Februari hingga Maret.

Ia menjelaskan dari jumlah penderita DBD itu, terbanyak terjadi di Kabupaten Lombok Timur dengan 60 kasus, selanjutnya Kota Mataram 53 kasus, Kabupaten Bima 51 kasus, Sumbawa 18 kasus.

Kemudian Kabupaten Dompu 8 kasus, Lombok Barat 7 kasus, Lombok Tengah 6 kasus, Lombok Utara 4 kasus dan Kota Bima 2 kasus.

"Kalau melihat perkembangannya, paling pesat itu terjadi di Kabupaten Bima dan Kota Mataram. Tetapi, belum ada yang dilaporkan meninggal dunia, karena semuanya telah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit," katanya.

Menurut dia, meski jumlah kasus DBD mengalami peningkatan dan terjadi hampir merata di kabupaten/kota, namun pihaknya belum bisa menetapkan kejadian luar biasa (KLB) DBD di NTB. Minimal jumlah penderita DBD itu dua kali lipat, baru bisa dikatakan KLB DBD.

Menurutnya, jika melirik ke belakang, yakni tahun 2015 jumlah penderita DBD di NTB berdasarkan data Januari hingga Desember tercatat 1.000 kasus, dengan dua orang dinyatakan meninggal dunia.

"Kita harap kasus DBD tidak terlalu banyak dari tahun lalu, tetapi kalaupun jumlah kasusnya banyak, hanya pada gejala DBD," katanya. (*)