Pasien di NTB meninggal setelah sempat 4 hari diisolasi

id VirusCorona,COVID-19,NTB,RSUD Provinsi NTB,BPBD NTB

Pasien di NTB meninggal setelah sempat 4 hari diisolasi

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H. Ahsanul Khalik. (ANTARA/Nur Imansyah).

Mataram (ANTARA) - Salah seorang pasien IMS (55) warga Karang Madain, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat meninggal dunia setelah mendapat perawatan dan sempat diisolasi di RSUD Provinsi NTB.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB H. Ahsanul Khalik di Mataram, Minggu mengatakan pasien IMS masuk IGD RSUD Provinsi NTB pada Rabu (25/3) lalu. Pasien datang dengan diantar oleh keluarga setelah pulang dari salah satu Rumah Sakit swasta di Kota Mataram.

Pasien memiliki riwayat diabetes melitus, jantung dan hipertensi.

"Pasien masuk ke RSUD Provinsi sudah dalam kondisi lemah dan ditangani secara intensif oleh tim medis RSUD," ujarnya.

Baca juga: Pasien PDP COVID-19 Kota Mataram meninggal dunia

Ia menjelaskan, karena saat ini sedang ramai dengan kasus COVID-19 dan tanda awal dari pasien dalam kondisi lemah dan keluhan sesak nafas, maka pihak RSUD Provinsi sesuai dengan SOP mengambil langkah melakukan isolasi. Keputusan isolasi itu sendiri dilakukan pada hari Jumat (27/03) pada pukul 13.00 Wita dan terus dilakukan pemantauan serta perawatan kepada pasien.

"Pada hari Sabtu, (28/03) kemarin, kondisi pasien semakin lemah sehingga dokter penanggung jawab bersiaga dan memantau kondisi pasien secara seksama. Pada pukul 14.00 - 16.00 Wita kondisi pasien semakin melemah dan pada pukul 16.30 Wita pasien dinyatakan meninggal di hadapan keluarga dan tenaga medis," jelas Ahsanul Khalik.

Ahsanul Khalik menegaskan, pasien sesungguhnya tidak memiliki riwayat melakukan perjalanan ke daerah pandemi COVID-19. Meskipun demikian, tim medis tetap melakukan pengambilan swab dan saat ini Pemda masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Litbangkes Kemenkes RI.

"Saya berharap masyarakat tidak berspekulasi, dan tidak mengambil kesimpulan sendiri serta tidak berbagi informasi yang belum kita dapatkan kebenarannya bahwa pasien ini meninggal karena COVID-19, terlebih pasien tidak pernah atau tidak punya riwayat bepergian dan tidak punya riwayat kontak juga dengan penderita COVID- 19," tegasnya.

Sembari meminta masyarakat untuk tidak cepat menyimpulkan jika ada pasien di rumah sakit yang meninggal dunia dengan gejala mirip COVID-19 sebagai pasien yang positif.

Ia mengharapkan agar semua pihak tetap tenang dan bersabar menunggu hasil resmi dari laboratorium Litbangkes Kemenkes RI.

Baca juga: Mulai hari ini, Pemkot Mataram berlakukan jam malam cegah COVID-19

Tes swab merupakan tes yang dilakukan dengan pengambilan cairan pada hidung atau tenggorokan. Dari hasil tes swab inilah keberadaan virus COVID-19 dalam tubuh dapat diketahui.

Terkait penanganan terhadap jenazah seperti penderita COVID-19 kata Khalik adalah semata-mata sebagai sebuah kewaspadaan, sehingga pada saat pemakaman masyarakat tidak perlu khawatir.

"Sekali lagi masyarakat percayakan bahwa yang dilakukan dalam penanganan jenazah almarhum adalah yang terbaik untuk kepentingan masyarakat karena kita tidak berspekulasi apakah almarhum positif atau negatif COVID-19," ujarnya.

Menurut dia, yang paling penting saat ini semua pihak mengikuti petunjuk yang telah dikeluarkan oleh pemerintah, tetap saling mengingatkan dan saling menjaga, dengan cara cuci tangan, jaga jarak (physical distancing), jalankan pola hidup bersih dan sehat, konsumsi vitamin, jauhi keramaian dan jangan termakan berbagai isu dan informasi hoaks.

"Dapatkan informasi dari sumber resmi dan dapat di percaya," katanya.