Medis tim-tim Liga Italia mengancam mundur terkait pedoman COVID-19

id liga italia,figc,olahraga terdampak corona

Medis tim-tim Liga Italia mengancam mundur terkait pedoman COVID-19

Foto ilustrasi: Pesepak bola Inter Milan Nicolo Barella (kiri) bererbut bola dengan pesepak bola AC Milan Hakan Calhanoglu (tengah) dalam laga pekan ke-23 Liga Italia, di Stadion San Siro, Milan, Italia, Minggu (9/2/2020). Inter MIlan secara dramatis berhasil menekuk MIlan 4-2 setelah tertinggal 0-2 di babak pertama. ANTARA FOTO/Reuters-Daniele Mascolo/hp.

Jakarta (ANTARA) - Jajaran medis tim-tim Liga Italia mengancam mundur dari pekerjaan mereka terkait pasal yang terdapat dalam pedoman keselamatan kelanjutan kompetisi di tengah pandemi COVID-19.

Pemerintah Italia dan komite saintifik (CTS) mengembalikan pedoman keselamatan yang sempat diajukan federasi sepak bola Italia (FIGC) dan operator liga sebagai panduan jelang dimulainya kembali latihan kontak fisik para tim pada 18 Mei.

Di dalam pedoman itu tercantum bahwa apabila salah seorang pemain atau staf sebuah klub didapati positif dalam tes COVID-19 maka seluruh anggota klub tersebut harus menjalani karantina selama 15 hari.

Dan jika dalam tes berikutnya kembali ditemukan hasil positif maka dokter tim dianggap bertanggung jawab atas hal tersebut.

"Kami sudah meminta kerja sama tim hukum setelah membaca pedoman tersebut," kata Presiden Asosiasi Medis Sepak Bola Italia, Enrico Castellacci, dalam wawancara dengan Radio Punto Nuovo dilansir laman Football Italia, Selasa.

"Saya menerima banyak pesan dari kolega di Serie B yang mengancam akan mundur jika pasal soal tanggung jawab itu tidak direvisi, sebab itu bisa berujung pada kasus hukum. Klub-klub seharusnya juga bertanggung jawab," ujarnya menambahkan.

"Kami harus mengajukan beberapa tenaga medis kompeten untuk mendampingi medis sepak bola agar sesuai dengan pedoman, sebab ini situasi yang sulit dan harus dipelajari secara teliti," katanya lagi.

Berbeda dengan rancangan pedoman Liga Italia, Bundesliga Jerman --yang akhir pekan ini akan kembali bergulir-- menerapkan langkah karantina hanya terhadap pemain bersangkutan jika ditemukan kasus positif COVID-19, ketimbang mengkarantina seluruh skuat tim.

"Langkah karantina tersebut cukup menyulitkan, akan lebih mudah jika mengikuti model yang diterapkan di Jerman," kata Castellacci.

"Kita bisa hanya mengisolasi pemain yang terinfeksi, melakukan tes yang diperlukan bagi yang lainnya tetapi latihan tetap berjalan. Saat ini kita semua sedang berusaha mencari jalan untuk melanjutkan kompetisi, dan bukan segera menghentikannya lagi," ujarnya melengkapi.

Pemain, pelatih dan staf skuat klub-klub Liga Italia dijadwalkan menjalani karantina selama beberapa bulan ke depan, demi mengurangi risiko ketertularan.

"Masalahnya akan muncul ketika tim-tim menjalani laga tandang, risiko ketertularan lebih tinggi. Jika satu pemain saja terinfeksi maka seluruh kompetisi bisa terhenti," ujar Castellacci.